JAKARTA – PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) atau dikenal dengan SMART menyebutkan jika dampak penurunan tarif bea keluar cangkang kernel sawit tidak terlalu berdampak banyak terhadap perseroan.
Pinta S. Chandra, Investor Relations, Sinar Mas Agribusiness and Food mengungkapkan kernel sawit bukanlah produk utama Perseroan.
“Dampaknya terhadap total penjualan ekspor Perseroan tidak terlalu signifikan karena cangkang kernel sawit ini merupakan produk sampingan, bukan produk utama,” tuturnya, Jumat (20/1).
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengubah tarif bea keluar cangkang kernel sawit. Perubahan tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 1/PMK.010/2022 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.010/2017 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Beleid ini diteken Sri Mulyani pada 5 Januari 2022.
Di beleid itu, bea keluar dalam bentuk serpih dan bubuk dengan ukuran partikel di atas 50 mesh diubah menjadi ke kisaran US$3 hingga US$13 per metrik ton. Pinta menyebutkan, ke depannya SMART akan meningkatkan volume ekspor cangkang kernel sawit tergantung dari perkembangan permintaan global.
Namun demikian pihaknya juga tidak menyebutkan target produksi sawit tahun ini, demikian juga dengan target pendapatan dan laba.
“Target-target bisnis dan budget SMART untuk tahun 2022 masih sedang dalam proses penyusunan hingga kini,” sambungnya.
Pinta menambahkan, di tengah tingginya harga CPO, SMART tetap fokus mempertahankan porsi penjualan produk sawit di pasar domestik dan ekspor yang sama-sama sekitar 50%. Diperkirakan porsi sebesar itu akan berlanjut di tahun ini.
Sebagian besar penjualan SMART berupa produk turunan CPO, seperti minyak goreng, margarin, specialty fats, biodiesel, dan oleokimia.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus mendorong hilirisasi di berbagai sektor industri, termasuk industri sawit.
Manajemen SMART bertekad untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi berbagai produk turunan berbasis kelapa sawit dengan portofolio yang luas.
“Upaya ini untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan yang terus berkembang,” ujarnya.
SMART tercatat membukukan kinerja positif seiring pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga September 2021. Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan mencatat penjualan Rp 40,38 triliun atau tumbuh 43,17% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 28,20 triliun.
Beban pokok penjualan naik 32,55% menjadi Rp 32,51 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 24,53 triliun.
Dengan demikian, laba kotor tercatat Rp 7,86 triliun hingga kuartal III 2021. Laba kotor tersebut naik 114,10% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,67 triliun.
Beban usaha perseroan melonjak 105,84% menjadi Rp 5,29 triliun hingga September 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,57 triliun.
Perseroan mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang melonjak 735,76% menjadi Rp 1,79 triliun hingga kuartal III 2021.