JAKARTA – Kebijakan pemerintah membuka kembali keran ekspor batu bara per 1 Februari 2022 diprediksi tidak akan berdampak banyak pada harga komoditas ini di pasar internasional.
Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan, harga batu bara kemungkinan akan tetap tinggi karena pasokan komoditas ini sekarang belum mendekati tingkat permintaan global.
Menurutnya, harga batu bara kualitas standar ekspor kini ada di kisaran US$250/ton.
“Pasokan batu bara global saat ini jauh dari jumlah permintaan. Karena itu, harga batu bara untuk ekspor akan tetap tinggi beberapa waktu ke depan,” kata Dileep, Minggu (6/2/2022).
Meski diprediksi akan tetap tinggi, harga batu bara dinilai Dileep bisa terpengaruh kebijakan Indonesia yang kembali membuka keran ekspor komoditas ini.
Dia menyebut kebijakan Indonesia sebagai “langkah awal” yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.
Per 1 Februari 2022, harga batu bara di pasarICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 192,5/ton atau turun 3,79% dari posisi hari sebelumnya.
Dalam kurun empat hari sebelumnya,harga batu bara terhitung sudah jatuh 17,94%. Akan tetapi, pada 2 Februari 2022 harga batu bara di pasar yang sama kembali naik 0,83% secara harian menjadi US$194,1/ton.
Kenaikan ini diprediksi karena banyaknya investor yang memborong kontrak batu bara, dan dipengaruhi memanasnya tensi Rusia – Ukraina.
Dibukanya kembali keran ekspor batu bara Indonesia dapat mempengaruhi pergerakan harga, karena Indonesia merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia.
Pada 2019, ekspor batu bara Indonesia mencapai 455 juta ton. Angka ini jauh di atas ekspor batu bara Australia (393 juta ton), Rusia (217 juta ton), Amerika Serikat (84 juta ton), dan Afrika Selatan (81 juta ton).