EKS Menko Kemaritiman 2015-2016 Rizal Ramli menyebut Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi sebagai pejabat yang asal njeplak. Pasalnya kata Rizal, banyak pernyataannya Lutfi yang dia anggap sebagai lelucon tidak lucu.
Pernyataan pertama mengenai mahal dan langkanya kedelai di Indonesia yang terjadi karena ada 5 miliar babi di China mengkonsumsi kedelai.
Diketahui, usai meninjau pasokan minyak goreng di Makassar pada Kamis (17/2) lalu,Lufi memang pernah menyatakan kenaikan harga kedelai yang terjadi belakangan ini salah satunya memang dipicu restrukturisasi peternakan hewan di China yang mendapatkan 5 miliar ekor babi.
Restrukturisasi itu memicu kenaikan permintaan kedelai untuk bahan pangan babi. Akibat kenaikan permintaan itu, harga kedelai ikut naik dan berdampak ke Indonesia, termasuk perajin tahu dan kedelai.
“Memang lelucon yang tidak lucu, menteri perdagangan ini saya pernah sebut sebagai menteri asal njeplak. Misalkan dia katakan kita kesulitan kedelai, karena ada babi 5 miliar di China makan kedelai, padahal babi di China 402 juta. Kedua, babi itu makan ampas kedelai,” kata Rizal Ramli, Minggu (13/03).
Pernyataan kedua soal kelangkaan minyak goreng karena banyak ditimbun oleh masyarakat. Pria yang juga pernah menjabat sebagai Menko Ekuin di zaman Gus Dur itu menerangkan, statemen Muhammad Lutfi menyakiti masyarakat Indonesia.
Operasi pasar minyak goreng juga dianggapnya hanya sebagai pencitraan pejabat pemerintah. Sedangkan masalah sebenarnya; ketesediaan minyak goreng di pasaran dengan harga murah, justru ia anggap tidak diselesaikan.
“Rakyat kita mayoritas pendapatannya itu kan harian, enggak mungkin dia bisa nimbun banyak banget,” terangnya.
Rizal Ramli menyebut dia pernah mengalami permasalahan yang sama saat duduk di pemerintahan. Saat itu, harga harga minyak goreng naik mencapai 100 persen.
Saat itu, dia mengumpulkan pemilik kebun sawit dan produsen minyak goreng. Dia meminta para pengusaha bisa segera menurunkan harga dan menyediakan minyak goreng di pasaran.
Karena Indonesia merupakan produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Sehingga tidak lazim jika kesulitan dan minyak goreng harganya mahal.
“Pengusaha dalam negeri ingin keuntungan besar. Dia ambil jatah dalam negeri, dia ekspor. Saya sederhana aja waktu itu, kalau tidak turun dalam waktu satu bulan minyak goreng, periksa semua pajaknya, tiga minggu turun tuh,” jelasnya.