HARGA batu bara mulai bergerak naik dan mengakhiri tren penurunan yang sudah berlangsung 12 hari. Melansir data Refinitiv, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak April pada perdagangan ditutup di US$ 249,65/ton, naik 13,2%.
Kenaikan tersebut mengakhiri ambruknya harga batu bara yang sudah terjadi sejak 10-21 Maret lalu, atau 12 hari terakhir.
Pada 10 Maret 2022, harga batu bara masih tercatat US$ 367,9/ton sementara pada 21 Maret tercatat US$ 220,6/ton. Artinya, sepanjang periode tersebut batu bara sudah rontok 40%.
Dalam sepekan, harga batu bara turun 2% tetapi masih naik 11,07% dalam sebulan dan 153,7% dalam setahun.
Rebound harga batu bara ini salah satunya disebabkan makin meningkatnya eskalasi Rusia-Ukraina. Konflik di wilayah tersebut akan mengganggu pasokan karena pengiriman terganggu meskipun dari sisi produksi, perang kemungkinan tidak terlalu mengganggu produksi.
Sebaliknya, dari sisi permintaan, kebutuhan batu bara tetap tinggi. Kondisi tersebut diyakini akan menjaga harga batu bara tetap tinggi.
Montelnews, mengutip seorang trader, mengatakan harga batu bara mungkin akan jatuh tetapi tidak akan berada di bawah level US$ 130/ton karena masih tingginya permintaan serta terbatasnya pengiriman.
“Negara-negara Eropa Barat memangkas pembelian batu bara dari Rusia. Artinya makin banyak negara yang mencari alternatif sumber batu bara selain Rusia,” tulis Montelnews.
Negara-negara Eropa mengimpor 60-70% batu bara mereka dari Rusia. Indonesia, Kolombia, dan Afrika Selatan kini menjadi alternatif sumber batu bara bagi negara-negara tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA