JATENG – Polemik pembelian gereja di desa Gentan, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah berlanjut. Hanny Kristianto merespon klarifikasi yang disampaikan Evangelis Wahyu di YouTube.
Hanny membantah lewat aplikasi TikTok yang beredar luas bertajuk, Membantah fitnah dr oknum tipu2 yg tidak bertanggung jawab tentang gereja yg di Mualafkan jadi Masjid. Bukti notaris, Surat Kuasa dan saksi komplit. Jual beli resmi dan terhormat. Hanny membantah pihaknya melakukan tipu daya.
Dalam klarifikasinya Evangelis Wahyu mengatakan bahwa dia semula tidak tahu siapa pembelinya. “Ya saya senang. Penjualan aset itu sudah bertemu dengan pembeli yang baik, ya saya sambut saja. Akhirnya, kita ke notaris. Di sana terjadi perjanjian jual beli. Legalisasi jual beli di bawah tangan. Saya sudah plong. Kunci sudah diambil Pak Matias,” katanya dilansir dari GATRA, Minggu (24/4).
“Malamnya, diberitahu saudari yang jaga gereja, bahwa menurut Pak Lurah dan Pak RT, gereja itu yang beli bukan orang Kristen, tapi mualaf-mualaf Cina. Saya syok. Saya langsung lapor ke pemimpin pusat. Pak Mathias saya telepon, siapa itu yang beli gereja? Dia bilang donatur. Donatur itu siapa? Dia sebut Hanny Kristianto. Ya sudah. Terjadilah yang sudah anda ketahui semua itu,” katanya.
Dalam TikToknya Hanny Kristianto membantah pembelian lewat tipu daya. “Pendeta Daud, kamu tahu kok yang beli saya. Rekening saya. Apa saya perlu keluarkan ini. Bukti transfernya, notarisnya, surat kuasanya,” tegasnya.
“Bahkan saking saya percayanya, belum tahu siapa Anda sudah saya bayar lunas. Termasuk komisi Anda,” katanya. Tayangan berganti dengan penampilan bukti transfer dan akta jual beli.
“Yang maju itu Pendeta Daud. Katanya sekarang sakit stroke. Kalau berobat belum sembuh, izinkan saya bertemu Bapak. Saya rukyah bapak insya’ allah sembuh pakai doa. Cukup dengan habatus saudah, madu, doa dan air zam-zam. Insya’ allah penyakit stroke bapak sembuh,” katanya.
“Himbauan saya, saudara-saudaraku umat Kristen, nggak usahlah ribut-ribut. Ini jual beli kok. Kalau mau ribut pembelinya mualaf-mualaf Cina, kenapa kemarin-kemarin tidak dibeli? Yang antri 21 gereja katanya. Setelah disaring tinggal lima, akhirnya saya yang beli,” katanya.
“Sebentar lagi saya beli gereja lagi kok. Nggak usah saya sebut. Tapi orang gereja tahu yang beli saya. Gereja itu berbeda dengan masjid. Bagaimana rasanya bisa beli masjid? Beli saja kalau bisa. Masjid itu milik umat, gereja milik pendeta atau yayasan. Masjid tidak bisa dijualbelikan sampai kapanpun,” tegasnya.