DUA tahun ke belakang, pasar komoditas global kembali menggeliat, salah satunya didorong oleh pemulihan ekonomi setelah pandemi.
Permintaan tinggi akan energi membuat harga batu bara meroket dan bikin senang taipan RI yang masih aktif di bisnis ini.
Setelah perlahan sempat turun akhir tahun lalu, harga kembali naik menyentuh rekor tertinggi di angka US$ 446/ ton setelah Rusia menginvasi Ukraina yang menyebabkan pasar energi global khawatir, mengingat Rusia merupakan salah satu produsen energi utama dunia.
Meski telah turun, sepanjang minggu ini, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) melesat 20% ke level US$ 358/ton. Artinya dalam setahun terakhir harga batu bara telah naik hingga 265%.
Sebagai eksportir terbesar batu bara di dunia, Indonesia sangat diuntungkan, khususnya dari penerimaan pajak dan royalti yang dibayarkan penambang.
Akan tetapi potongan kue paling besar tentu masih dilahap oleh perusahaan tambang yang pendapatan dan laba bersihnya meningkat tajam akibat reli harga energi.
Lalu emiten mana yang menjadi juara dan penguasa batu bara di Indonesia?
Berdasarkan data Samuel Internasional yang dihimpun dari Bloomberg dan laporan dari tujuh perusahaan batu bara yakni Adaro Energy (ADRO), Bukit Asam (PTBA), Harum Energy (HRUM), Indo Tambangraya Megah (ITMG), Indika Energy (INDY), TBS Energi Utama (TOBA) dan Bumi Resources (BUMI), perusahaan yang disebutkan pertama memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Akan tetapi jika ikut menyertakan emiten lain di luar tujuh perusahaan yang disebutkan di atas, Bayan Resources (BYAN) merupakan emiten terbesar dengan kapitalisasi pasarnya 50% lebih besar dari ADRO.
Bahkan anak usaha ADRO sendiri yang baru melantai tahun ini, Adaro Minerals (ADMR) memiliki kapitalisasi pasar yang lebih besar.
Dari sisi sumber daya, di antara ketujuh emiten yang disebut di atas, perusahaan milik keluarga Bakrie berada di posisi teratas.
Sumber daya batu bara BUMI ditaksir mencapai 10,08 miliar ton, lebih besar dari ADRO (8,4 miliar ton) dan PTBA (5,89 miliar ton) yang masing-masing berada di urutan dua dan tiga.
Akan tetapi dari sisi jumlah cadangan, PTBA berada di peringkat pertama dengan cadangan mencapai 3,05 miliar ton, lebih besar dari yang dimiliki BUMI sebesar 2,46 miliar dan lebih dari dua kali lipat cadangan ADRO yang berjumlah 1,30 miliar ton.
Dari sisi produksi, BUMI kembali memimpin dengan total output tahun 2021 mencapai 80 juta ton dan disusul oleh ADRO sejumlah 52,70 juta ton.
Sementara itu produksi batu bara INDY mampu mengalahkan PTBA, dengan total output mencapai 35,8 juta ton atau sedikit lebih besar dari yang dikeluarkan PTBA tahun lalu sebesar 30 juta ton.
Jika dilihat dari kualitas batu bata yang dihasilkan yakni dari nilai kalori – tanpa memperhatikan kandungan lain seperti abu, lengas atau belerang – secara rata-rata, HRUM menjadi emiten dengan batu bara terbaik, dengan nilai kalori berkisar antara 5,400 – 6.500 kcal/kg.
Terakhir, Samuel Internasional memperkirakan bahwa untuk tahun 2022 ini, ADRO masih memimpin dari segi penjualan yang nilainya diproyeksi mencapai Rp 78,17 triliun, diikuti oleh INDY sebesar Rp 44,62 triliun, BUMI Rp 43,03 triliun dan PTBA sebesar RP 40,78 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA