JAMBI – Tiga provinsi yakni Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat menjadi prioritas untuk penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) menghadapi musim kemarau pada akhir Mei atau awal Juni.
“Rencananya di awal Juni, akhir Mei, kita kordinasi dengan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan TNI AU juga kemungkinan akan lanjut Sumatera Selatan dan Jambi,” kata Koordinator Lab TMC Budi Haryoso dikutip CNNIndonesia.com pada Sabtu (14/5).
“Kalimantan Barat juga,” ia menambahkan.
Budi menambahkan ketiga provinsi itu menjadi prioritas karena memiliki tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tinggi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir Budi mengakui ada penurunan titik api.
Hal itu dikarenakan pergantian metode untuk menanggulangi karhutla. Alih-alih mengguyur kebakaran dengan hujan, KLHK kini mendorong TMC untuk membasahi lahan gambut yang rawan terbakar.
“Mindsetnya kita ubah. Kita membasahi lahan gambut dengan melihat tinggi muka air tanah (TMAT) gambut. Kita membasahinya supaya kubah-kubah gambut terisi sama seperti saat kita mengisi waduk ketika kemarau,” kata Budi.
Untuk Sumatera, Budi menuturkan musim kemarau biasanya datang dua kali. Periode pertama Februari, Maret, April dan periode kedua datang Juli, Agustus September.
“Secara klimatologis ada dua kemarau pada Februari, Maret, April kemarau sebab di Sumatera polanya monsunal (jelas perbedaan musimnya). Periode kedua, Juli, Agustus, September,” urai dia.
Meski demikian, ia mengakui saat ini TMC masih terkendala pesawat. Pasalnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang biasa melakukan TMC kini berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Sebenarnya sudah ada permintaan untuk modifikasi cuaca. Namun kami dalam transisi ke BRIN. Jadi, dukungannya masih belum optimal,” katanya.
“Dulu kami di BPPT memutuskan apa-apa sendiri. Sekarang, kami hanya sebagai pelaksana,” kata Budi menambahkan.
Di sisi lain, Budi juga menuturkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga meminta TMC dilakukan di Indonesia wilayah timur. Hal itu dikarenakan Indonesia akan menggelar G20 yang berlangsung di Bali.
“Dalam beberapa tahun terakhir BNPB menginstruksikan turut diperhatikan (Indonesia timur) karena ada G20 di Bali namun pelaksaannya masih menunggu BNPB,” katanya.
Setidaknya dalam sepekan terakhir sebagian wilayah Indonesia dilanda cuaca panas yang melampaui batas normal. Namun demikian, Badan Mateorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut itu bukan gelombang panas.