HARGA batu bara langsung tancap gas pada perdagangan awal pekan. Pada perdagangan Senin (30/05/2022), harga batu di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 376,20 per ton. Menguat 1,5% dibandingkan hari Jumat yang tercatat US$ 370,5 per ton.
Kenaikan harga batu bara memperpanjang tren positif yang terjadi sejak Kamis minggu lalu setelah hancur lebur. Sebagai catatan, harga batu bara pada periode Senin-Rabu pekan lalu ambruk 11%.
Kenaikan kemarin juga kembali mendekatkan harga batu bara ke level psikologis US$ 400 per ton yang terakhir terjadi pada 20 Mei lalu. Secara keseluruhan, harga batu bara masih melemah 8,9% dalam sepekan secara point to point. Namun, harga batu bara sudah menguat 25,7% dalam sebulan terakhir.
Kenaikan harga batu bara dipicu oleh meningkatnya permintaan dari sejumlah negara, datangnya musim hujan, pembukaan ekonomi di China, serta rencana sanksi minyak mentah Rusia.
Permintaan batu bara dari Inggris kemungkinan akan mengalami peningkatan. Inggris membuka opsi untuk mengoperasikan pembangkit listrik batu bara selama musim dingin tahun ini.
Pembangkit listrik Inggris selama ini menggantungkan 50% sumber energinya dari gas Rusia. Inggris pun kini tengah mencari sejumlah opsi untuk mencari sumber energi alternatif, termasuk batu bara.
“Karena serangan Rusia ke Ukraina, kami akan mencari sejumlah opsi untuk menambah pasokan demi keamanan energi. Kami pastikan tidak ada persoalan kekurangan pasokan. Jika dibutuhkan, kami akan menghidupkan pembangkit batu bara sebagai cadangan sumber listrik di musim dingin,” tutur juru bicara pemerintahan Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Permintaan dari India juga masih akan kuat karena Negeri Bollywood akan terus mengamankan pasokan untuk menghadapi lonjakan penggunaan listrik akibat gelombang panas. India juga tengah bergerak cepat mengamankan pasokan untuk menghadapi musim hujan Juli-September. Untuk mempercepat pasokan, pemerintah India sudah menginstruksikan BUMN tambang Coal India Ltd untuk mengimpor harga batu bara.
S&P Global dalam laporannya Market Movers Asia mengatakan musim hujan akan menjadi tantangan berat bagi pasar batu bara Asia. Pasalnya, hujan membuat penggunaan listrik di sejumlah negara Asia akan melonjak. Sementara itu, hujan bisa mengganggu aktivitas penambangan batu bara, termasuk di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan fenomena La Nina membuat musim kemarau di Indonesia mundur. Hujan deras masih terjadi di wilayah Indonesia hingga akhir Mei termasuk di kantong-kantong produsen batu bara seperti Sumatera dan Kalimantan.
Jika hujan deras terus berlanjut, produksi batu bara Indonesia bisa terganggu padahal Indonesia tengah menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan global.
Sementara itu, China diperkirakan akan membuka kembali aktivitas ekonomi secara penuh pada awal Juni. Keputusan tersebut kemungkinan akan meningkatkan aktivitas ekonomi sekaligus permintaan batu bara di Negara Tirai Bambu. Impor batu bara China turun 16% menjadi 75,41 juta ton pada Januari-April tahun ini. Penurunan impor salah satunya dipicu oleh lockdown, terutama di pusat bisnis Shanghai.
Harga batu bara juga naik karena sanksi larangan pembelian minyak mentah Rusia semakin mendekati kenyataan. Larangan pembelian minyak mentah akan mendongrak harga batu bara karena batu hitam akan semakin dicari sebagai energi alternatif.
Uni Eropa (UE) dilaporkan telah mencapai poin kesepakatan terkait larangan impor minyak Rusia ke wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai respons kawasan itu dalam hal serangan Rusia ke Ukraina.
Dalam sebuah dokumen yang ditinjau Reuters, para pemimpin UE menyepakati paket sanksi embargo impor minyak Rusia sebagai hukuman bagi Moskow yang menyerang Ukraina. Namun, pengecualian berlaku untuk pengiriman minyak mentah melalui pipa.
“Dewan Eropa setuju bahwa paket keenam sanksi terhadap Rusia akan mencakup minyak mentah, serta produk minyak bumi, dikirim dari Rusia ke Negara-negara Anggota, dengan pengecualian sementara untuk minyak mentah yang dikirim melalui pipa,” tulis dokumen itu, dikutip kemarin, (30/5/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA