Jambi – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi memprediksi cuaca di wilayah itu telah memasuki puncak musim hujan dan mengimbau kepada warga untuk mewaspadai akan terjadinya bencana hidrometeorologi basah berupa banjir serta tanah longsor.
Kepala BMKG Jambi Ibnu mengatakan ada siklonik di Selat Karimata yang mengarah ke laut Cina Selatan dan satu lagi siklonik di sebelah daya barat Sumatera sehingga hari ini sampai akhir minggu ini masih ada potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi di seluruh Sumatera termasuk di Jambi.
“Jadi Provinsi Jambi seluruhnya sudah masuk dalam musim hujan,” katanya, Jumat (11/11.
Kemudian BMKG juga mencatat pada akhir November curah hujan menjadi puncak periode musim hujan pertama dengan sifat hujan nya dalam kategori normal sampai atas normal.
BMKG juga mengimbau kepada masyarakat akan potensi hujan yang sedang hingga tinggi seperti wilayah-wilayah yang berpotensi yang masih mendapatkan curah hujan tinggi sampai hujan di atas normal adalah di Kabupaten Kerinci bagian utara kemudian Jambi bagian barat yaitu di wilayah Merangin bagian bagian barat dan sebagian Sarolangun sebagian barat.
Kemudian juga wilayah Tanjungjabung Barat dan Timur serta wilayah Muaro Jambi bagian tengah dan barat daya yang berpotensi hujan menengah, sedang hingga tinggi masih berpotensi hingga Januari 2023.
Ibnu mengimbau pada musim penghujan kali ini, masyarakat agar mewaspadai adanya bencana hidrometeorologi basah yaitu adanya curah hujan tinggi diselingi petir dan kilat, banjir, angin kencang dan beberapa genangan di wilayah Provinsi Jambi dan diperkirakan akan terjadi sampai Januari 2023.
“Bencana hidrometeorologi itu harus tetap harus diwaspadai oleh masyarakat Jambi,” katanya.
Selain itu perlu diwaspadai nanti pada Februari, Maret dan April 2023 karena kondisi enso saat ini sampai Januari masih kategori La Nina lemah namun mulai Februari sampai April enso sudah mengarah netral, sehingga kondisi mulai lebih berkurang curah hujan nya dan perlu diwaspadai beberapa wilayah di Jambi terkait kurangnya curah hujan sehingga menimbulkan titik panas atau hotspot.