Jambi – Tokoh Pers asal Jambi Mursyid Sonsang menyampaikan belasungkawa atas meninggal teman baiknya di pendidikan Lemhannas PPSA 2012 mantan Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo.
Doni meninggal di usia 60 tahun, pada Minggu pukul 17.35 WIB di RS Siloam Semanggi, Jakarta. Doni banyak bekerja sama dalam penanganan bencana, terutama pada masa pandemi Covid-19.
“Beliau orang baik dan pekerja keras Ya Allah, khusus bagi wartawan di Indonesia ketika beliau kepala BNPB dan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,” ujar Mursyid.
Mantan Ketua PWI Provinsi Jambi dua periode ini sempat syok dan menangis dengar kabar duka itu. Mendoakan Doni husnul khatimah, diterima amalnya dan diampuni khilafnya.
“Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan. Aamiin YRA,” ujar Mursyid.
Doni sosok pemimpin yang telah berbuat banyak untuk negara ini. Ia pengagas program dengan mengembangkan jurnalisme perubahan perilaku
“Dimana jurnalis ikut serta berkontribusi dalam mencegah penyebaran Covid-19 dengan turut mengedukasi masyarakat. Ribuan wartawan mengikuti program ini dengan berita- berita yang mengedukasi dan memberi semangat terhadap bangsa ini,” ujar Mursyid.
Doni Monardo dimakamkan TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Senin pagi, 4 Desember 2023.
Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Provinsi Jambi ini mengenang figur Doni sebagai tentara berotak jenius yang sangat cinta lingkungan serta amat berdedikasi dalam menjalankan peran dan tugasnya.
Selama jadi Pangdam Patimura, Doni mampu menyelesaikan kasus penambangan emas liar di Gunung Botak, Maluku. Dampaknya sangat berbahaya terhadap manusia, biota laut dan longsor serta pertikaian sesama warga.
Bermula saat Doni diminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya mengatasi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku.
Doni langsung meminta Tim Kesdam mengambil sampel ikan dan biota laut di sekitar pulau tersebut. Hasilnya, beberapa sampel ditemukan kadar merkuri dan sianida yang melebihi ambang batas.
Selain sampel ikan dan biota laut, Doni Monardo minta dilakukan pemeriksaan darah terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Botak.
Hasil pemeriksaan cukup mengejutkan, kadar merkuri dalam darah dialami sebagian besar masyarakat. Ia juga mendapatkan laporan bahwa lebih dari 2.500 orang meninggal akibat longsor dan pertikaian selama periode 2010-2015.
Sampai akhirnya Gunung Botak berhasil ditutup pada tanggal 14 November 2015 berkat kerjasama tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah, polda, dan masyarakat, serta media.
Begitu menjadi Pangdam Siliwangi di Jawa Barat, Doni membuat program menyehatkan Sungai Citarum dengan slogan Citarum Harum. Gagasan itu ia wujudkan dalam program Citarum Harum, yang membuat sungai kembali bersih dan sehat.
Harapannya dengan gagasan itu sungai dan sumber daya alam di dalamnya dapat dimanfaatkan warga sekitar, salah satunya ikan-ikan lokal (ikan mas, mujair, lele) yang bisa dinikmati.
Program itu berlanjut walau Doni tahun 2018 dimutasi jadi Sesjen Watannas. Sebelum pindah, Citarum Harun sudah memiliki payung hukum dengan
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum terbukti ampuh.
Dengan adanya payung hukum tersebut semua tindakan yang diperlukan mempercepat penanganan Citarum dan bisa berkelanjutan.
Tidak lama kemudian, Doni dipindahkan menjadi Sesjen Watannas, seiring dengan itu pangkat Doni menjadi letnan jenderal. Walau lembaga tersebut kurang bergigi baik secara anggaran dan operasional.
Doni berhasil mengangkat marwah Watannas dengan keterlibatannya dalam penyelesaian masalah Papua. Beberapa tokoh Papua berhasil dikembalikan ke pangkuan ibu pertiwi, salah satunya keluarga Theys Hiyo Eluay.
Tak lama di Watannas, Januari 2019 Doni dilantik jadi Kepala BNPB, lembaga yang dinaikkan levelnya menjadi badan negara setingkat menteri dengan kriteria jenderal bintang 3 TNI aktif.
BNPB ini bertanggung jawab ke Presiden Jokowi, salah satu tugas adalah rehabilitasi pasca bencana gempa di Lombok serta mengendalikan kebakaran hutan dan lahan yang masih saja terjadi di beberapa provinsi, terutama di lahan gambut di Sumsel, Jambi, Riau dan beberapa daerah di Kalimantan.
Siang malam Doni mengkoordinasikan dengan berbagai pihak, sesuai pesan
Presiden Jokowi menekankan pentingnya pencegahan. Mencegah jauh lebih baik dibandingkan operasi pemadaman.
Sekitar bulan Agustus musim kemarau mulai melanda beberapa daerah di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan mulai terjadi, hingga bulan September kawasan hutan gambut di Sumsel, Jambi dan Riau terbakar hebat. Dengan koordinasi dan didukung peralatan, seperti pemadaman lewat udara, kebakaran bisa dikendalikan.
Seiring dengan itu, muncul lagi bencana lebih dahsyat. Seluruh dunia dihantam pandemi Covid 19, tidak terkecuali Indonesia.
Doni dipercaya menjadi Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid 19. Sudah satu tahun pemerintah Indonesia bekerja keras menangani pandemi ini.
“Saya harus tidur di kantor BNPB selama penanganan covid ini, agar penanganan dan koordinasi yang melibatkan semua instansi dan lembaga berjalan lancar,” ujar Doni kala itu.
Tugas berat lainnya adalah pengadaan vaksin covid di tengah pro dan kontra. Persoalannya mulai dari pengadaan hingga penerimaan oleh masyarakat.
Untuk memutus penyebaran covid 19, pada lebaran tahun 2021 pemerintah melarang mudik mulai tanggal 7 Mei hingga 17 Mei 2021. Doni tahanberkeliling ke daerah-daerah menyampaikan larangan ini. Langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran yang lebih masif. Belajar dari pasca liburan tahun 2020, angka covid meningkat.
PROFIL Singkat Doni Monardo
Doni Monardo lahir di Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963. Doni berdarah asli Minang. Ayahnya, Letkol CPM Nasrul Saad berasal dari Lintau, Kabupaten Tanah Datar dan sang ibu, Roeslina, dari Nagari Sungai Tarab, Tanah Datar.
Karena ayahanda yang seorang prajurit, maka Doni kecil pun ikut berpindah-pindah dan menghabiskan masa kanak kanak di Aceh. Setelah itu, baru tinggal di Padang, hingga lulus SMA. Seperti pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Doni masuk Akademi Militer setelah lulus SMA.
Tahun 1985 ia mengawali masa kedinasannya sebagai seorang prajurit.
Penempatan pertama langsung pada Komando Pasukan Khusus atau Kopassus tahun 1986 sampai dengan 1998. Selama di Kopassus dia pernah ditugaskan ke Timor Timur, Aceh dan daerah lainnya. Pada tahun 1999 hingga 2001, lelaki yang suka kegiatan menembak dan beladiri ini ditugaskan pada Batalyon Raider di Bali. Kemudian ditarik kembali di Paspampres hingga tahun 2004, lalu mengikuti pelatihan counter terrorism yang dilaksanakan di Korea Selatan.
Pada tahun 2005 sampai dengan 2006 Doni ditugaskan di Aceh. Setahun di sana, dia kembali ditarik ke Jakarta bergabung dengan Paspampres. Pada tahun 2006 dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, atau yang lebih dikenal dengan Kostrad.
Salah satu program yang hingga kini dikenang masyarakat Makassar adalah penghijauan beberapa kawasan tandus di Sulawesi Selatan, termasuk di sekitar Bandara Hasanuddin.
Setelah di Makassar, Doni dipromosikan menjadi Dan Grup A Paspampres. Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik Indonesia ia sudah mengikuti kunjungan Presiden Indonesia ke 27 negara di dunia.
Pada tahun 2010, Doni kemudian diberi kepercayaan menjadi Danrem 061 Surya Kencana, Bogor. Selang beberapa bulan menjadi Danrem di Bogor, Doni diangkat menjadi Wadanjen Kopassus.
Salah satu tugas yang melambungkan namanya adalah ketika ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Komando Satuan Tugas untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia. Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat menjadi brigadir jenderal.
Bulan April 2012 Doni mengikuti pendidikan PPSA XVIII di Lemhannas. Baru empat bulan di Lemhannas Doni dipromosikan menjadi Danpaspampres. Dua tahun kemudian diangkat Jadi Danjen Kopassus hingga 2015, lalu jadi Pangdam Patimura hingga tahun 2017.
Setahun kemudian diangkat jadi Pangdam Siliwangi. Kemudian mendapat bintang tiga letnan Jenderal di Watannas.
Januari 2019 diangkat menjadi Kepala BNPB hingga saat ini yang juga merangkap sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid 19.
Selamat Jalan Pak Doni. Mengabdi Tiada Henti untuk Kejayaan NKRI.