JAMBI – Di tengah isu upaya menjegal Budi Setiawan untuk maju sebagai calon Wali Kota Jambi beredar hasil survei yang hasilnya kian menguatkan posisi Budi Setiawan.
Hasil survei yang iuga beredar di media sosial itu adalah hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia. LSI merupakan lembaga ternama yang berpusat di Jakarta. Survei tersebut merupakan Peta Elektoral Tokoh sementara menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Jambi.
Dalam surveinya di Kota Jambi, nama mantan Wakil Wali Kota Jambi Maulana dan Ketua Umum KONI Provinsi Jambi Budi Setiawan, berada di posisi teratas secara berurutan. Menyusul di bawahnya pada posisi ketiga, H.Abdul Rahman
Dalam kontestasi Pilwako Jambi 2024 yang bakal digelar 27 November 2024 nanti, beberapa nama kandidat juga muncul sebagai figur bakal calon wakil wali kota dalam survei itu antara lain, Eko Setiawan, Raden Ridwan Muchtar, Diza Aljhosa Hajrin.
Ada juga beberapa nama tokoh politik lain yang muncul dalam survei tersebut antara lain M. Sum Indra, Rocky Candra, Edi Purwanto, A. Ridwan, Miptahuttoriq (Ustadz Toriq), Ratu Munawaroh, Yuliana Fasha, M. Iqbal Linus, Roro Nully K Kawuri, Kemas M. Fuad dan Sutan Adil Hendra.
Setidaknya ada 17 nama tokoh yang tercatat masuk dalam hasil survei LSI tersebut dalam bursa Pilwako Jambi. Berikut urutan elektabilitasnya:
Top of Mind Calon Wali Kota Jambi:
1. Maulana 27,4%
2. Budi Setiawan 27,1%
3. Abdul Rahman 7,7%
4. Eko Setiawan 2,0%
5. Raden Ridwan Muchtar 1,4%
6. M. Sum Indra 1,3%
7. Diza Aljosha Hazrin 0,7%
8. Rocky Candra 0,7%
9. Edi Purwanto 0,7%
10. A. Ridwan 0,6%
Nama-nama tokoh lainnya di bawah 0,5%
Tidak tahu/rahasia 27,5%
Hasil survei ini cukup mengejutkan dan membuktikan mesin partai Golkar dan tim pemenangan Budi Setiawan berjalan dan terorganisir. Survei ini bahkan membantah hasil survei beberapa waktu lalu yang menempatkan Maulana di posisi teratas.
Survei LSI ini memuat Siapa calon siapa sosok top of mind bakal calon wali kota.
Survei itu menanyakan kepada audiens bila pemilihan wali kota digelar hari ini siapa yang akan dipilih. Dari survei ini menunjukkan bahwa tokoh yang dipilih merupakan sosok yang melekat di ingatan masyarakat.
Ketua Bapilu Partai Golkar Kota Jambi Henry Hutabarat mengatakan hasil survei membuktikan bahwa Budi Setiawan semakin dikenal. “Artinya penerimaan masyarakat terhadap sosok Budi sangat baik. Dan ini mencerminkan sosokl Budi yang dekat dengan masyarakat Kota Jambi yang heterogen,” kata politisi yang akrab disapa Bang Boy itu Sabtu (10/8).
Memang selama ini Budi kerap bersosialisasi ke masyarakat secara langsung. Ia menyambangi tokoh beragam kalangan dan tak lupa mengunjungi masyarakat bawah.
Dengan survei ini, menurutnya kualitas survei pertama oleh pihak lain makin dipertanyakan kualitasnya. “Jadi survei pertama dulu itu tidak masuk akal. Nah jnj sekarang selisih Maulana dan Budi cuma 0,3 persen,” katanya.
Masih menurut Hendri Hutabarat selisih 0,3 persen itu sangat mungkin akan terlampaui. “Sebab Budi Setiawan belum deklarasi. Kalau sudah deklarasi tentu akan semakin dikenal, sementara ada yang sudah deklarasi ya angkanya segitu-segitu aja,” terang Boy.
“Pada simulasi Top Of Mind, Maulana paling banyak disebut 27,4 persen, kemudian Budi Setiawan 27,1 persen. Nama lain jauh lebih rendah, belum menentukan pilihan 27,5 persen,” demikian rilis LSI yang diterima media ini, Sabtu (10/08/2024).
Survei dilakukan terhadap 400 responden pada periode 25 Juli-3 Agustus 2024. Populasi survei adalah WNI di Kota Jambi yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/telepon seluler.
Sampel survei sebanyak 400 responden dipilih melalui metode double sampling. Metode ini adalah pengambilan sample secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya.
Wawancara responden dalam survei ini dilakukan secara tatap muka. Margin of error survei diperkirakan ± 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi simple random sampling.
Dari hasil survei tersebut juga disimpulkan bahwa popularitas merupakan hal mendasar dalam politik elektoral. Sehingga tidak mungkin dipilih jika tidak dikenal. Populer juga belum tentu dipilih jika ada calon lain yang lebih disukai.
“Oleh karena itu populer saja tidak cukup, citra personal calon juga harus positif,” demikian bunyi rilis LSI.