Jambi – Usman Ermulan, Politisi Senior tingkat nasional, mengangkat pertanyaan kritis mengenai lokasi pelantikan Presiden Prabowo Subianto yang tidak berlangsung di ibu kota negara baru Nusantara.
Kepada Sekretaris Negara, Pratikno, Usman menyoroti pentingnya makna simbolik dan praktis dari pelantikan yang seharusnya menggambarkan pergeseran pusat pemerintahan dan identitas baru Indonesia.
“Kenapa Presiden Prabowo dilantik jadi Presiden tempatnya tidak di IKN,” ujar Usman, Rabu, 16 Oktober 2024.
Menurut mantan anggota DPR RI matang Selama tiga periode di Komisi Keuangan, Perbankan, dan Perencanaan Nasional itu, infrastruktur yang masih dalam tahap pembangunan bukanlah menjadi persoalan.
Sekretaris Negara, Pratikno, memegang peran kunci dalam pelaksanaan pelantikan presiden. Sebagai penyelenggara, tugas Pratikno adalah untuk menjembatani berbagai kepentingan dan memastikan legitimasi pemerintah baru.
“Berpindahnya pelantikan ke ibu kota baru adalah simbolisasi progres politik yang memiliki pengaruh besar dalam pembangunan nasional,” tegas mantan Bupati Tanjung Jabung Barat dua periode ini.
Pindahnya pusat pemerintahan diharapkan dapat mendorong perkembangan wilayah yang lebih merata dan mengurangi beban Jakarta. Pelantikan yang tidak dilakukan di sana menunjukkan tantangan yang kompleks saat negara berusaha untuk membangun identitas baru.
“Keputusan untuk tidak melaksanakan pelantikan di ibu kota baru dapat memiliki implikasi jangka panjang bagi pemerintahan Prabowo. Salah satu dampaknya adalah menciptakan persepsi bahwa transisi ke ibu kota baru mungkin lebih lambat daripada yang diperkirakan. Selain itu, keputusan ini dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah yang berfokus pada pusat-pusat baru,” sebut mantan Staf Khusus Menteri/Kepala Bappenas itu.