Kualatungkal, AP – Hasil komiditi petani pinang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) mengalami penurunan akibat musim trek yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Ironisnya, harga jual pinang di kalangan pengepul malah mengalami penurunan drastis dari standar harga pasaran.
Di kalangan petani, komoditi pinang kocek belah dengan kadar air diatas 20 persen kini hanya dihargai di kisaran Rp 8 ribu. Hal ini dikeluhkan para petani lantaran biasanya komoditi mereka hanya mengalami fluktuasi harga minimal Rp 10 ribu. Akibatnya, para petani harus dipaksa lebih berhemat untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
“Karena baru selesai musim trek, buahnya jadi masih sedikit. Tapi sekarang harganya malah turun terus. Jadi bingung mau ngapain,” tutur Rohim, salah satu petani desa Sei Gebar, Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjabbar, Senin (05/11).
Ia dan petani lain di tempatnya kini kebingungan lantaran hasil kebun kelapa juga tidak mengalami kenaikan harga.
“Sudah dua bulan ini kami paceklik. Sekarang harus bisa hemat. Hasil kebun cuma cukup untuk makan sehari-hari,” sambungnya.
Melemahnya harga pinang juga diakui salah satu pengepul di desa tersebut. Munir sendiri mengaku tidak menahu penyebab merosotnya harga pinang.
“Biasanya kalau pinangnya sedikit, otomatis harganya mahal. Tetapi kalau yang sekarang memang tidak paham pak. Mungkin toke-toke nya punya banyak stok. Makanya pinang disini jadi kurang laku, Yang jelas kami tetap berharap supaya kondisi seperti ini jangan lama-lama. Kasihan petani, hutangnya sudah pada numpuk,” tandasnya.
Menyikapi persoalan ini, Asisten Ekbang Setda Tanjabbar, Syafriwan mengaku tidak bisa berbuat banyak. Menurutnya, Pemerintah tidak memiliki hak untuk ikut campur tangan terutama dalam penetapan harga jual komoditi pinang.
Lebih lanjut, Syafriwan mengatakan pinang petani Tanjabbar merupakan salah satu komoditi ekspor yang selama ini banyak diminati negara-negara tetangga. Oleh karena itu, harga komoditi pinang mengalami fluktuasi harga sesuai dengan banyaknya permintaan dari negara pengimpor.
“Bisnis ekspor pinang merupakan persaingan bebas dan utu juga bukan komoditi yang disubsidi penerintah. Makanya kita tidak bisa mencampuri jauh ke dalam, termasuk untuk penetapan harga,” paparnya.
Dijelaskan, pemerintah punya peranan untuk melakukan pembinaan petani pinang agar bisa bersaing dengan meningkatkam kualitas mutu pinang mereka.
“Kalau kualitasnya bagus, otomatis harga jualnya juga meningkat,” jelasnya.
Disinggung soal kemungkinan monopoli harga, Syafriwan menjawab kemungkinan sangat kecil lantaran di Tanjabbar sendiri ada sekurangnya empat pengusaha ekspor yang tentunya selalu bersaing menaikan harga pinang untuk mencukupi kebutuhan kuita ekspor masing-masing.
“Mungkin karena stok permintaannya masih banyak makanya harganya turun. Kalau monopoli kemungkinanya sangat kecil,” tandasnya. Cha