Kualatungkal, AP – Terkait puluhan hektar tanaman kopi liberika Tungkal Komposit terancam punah di Kecamatan Betara, Komisi II DPRD Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) usul pembentukan pansus untuk mencaari tahu penyebab luapan banjir di kebun kopi warga.
Akibat luapan banjir yang diduga akibat jebolnya kanal PT. WKS, membuat perkebunan kopi petani di Kecamatan Betara terancam punah karena banyak yang mati.
Ini terlihat pada saat jajaran Komisi II DPRD Tanjabbar secara khusus melakukan Sidak di beberapa lokasi matinya ratusan batang tanaman kopi yang sempat membuat para petani khawatir.
Ketua komisi II DPRD Tanjabbar, Dedi Hadi mengaku, bahwa tanaman kopi banyak yang menguning bahkan nyaris mati. Kondisi ini akibat luapan Sungai Pengabuan.
“Berkat laporan warga sekitar dan para petani, kematian lebih diakibatkan luapan air dari sungai pengabuan,” ujar Dedi.
Dikatakannya, pihaknya juga akan segera mengusulkan ke pimpinan DPRD Tanjabbar untuk membentuk pansus demi mencari tau penyebab meluapnya air sungai ke kebun warga. Sebab diketahui, kejadian ini terjadi sejak 2016 Akhir.
“Kita akan cari tahu lebih dalam, apakah akibat tanggul, apakah kondisi alam, atau ada kelalaian pihak lain. Kita akan bentuk pansus untuk itu,” sebutnya.
Sementara Soni, salah satu petani kopi di wilayah itu mengeluhkan matinya ribuan batang tanaman kopi miliknya. Bahkan ia mengaku merugi akibat musibah ini.
Dirinya berharap dan petani lainnya berharap musibah ini dapat segara diatasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanjabbar.
“Sejak puluhan tahun silam, banjir yang merendam kebun kami memang baru pertama terjadi, tapi akibat nya hampir ratusan hektar kebun kopi di sekitar sini nyaris mati. Peristiwa ini terjadi sejak adanya proyek normalisasi tanggul di anak sungai pengabuhan tahun 2016 lalu,” ujarnya.
Ia menambahkan, bukan hanya tanaman kopi, Pinang dan jenis tanaman lain juga mulai menguning akibat luapan banjir yang berlangsung beberapa hari itu.
“Banjirnya Akhir tahun kemarin tapi imbasnya tanaman mati semua. Kalau semua mati kami mau kerja apa,” ratapnya. mg