Tolak Keputusan Adat Depati Muaro Langkap, Ribuan Massa Datangi Kantor DPRD Kerinci
Kerinci, AP – Selasa (07/02) Ribuan massa yang mengatas namakan petani Kabupaten Kerinci, berunjukrasa ke kantor DPRD Kabupaten Kerinci.
Ribuan massa ini, meminta agar dewan membantu mencarikan solusi, terhadap tanah milik warga non masyarakat wilayah Adat Muaro Langkap, yang sedang dipolemikkan.
Ribuan massa yang berunjukrasa ini, berasal dari berbagai wilayah di kabupaten Kerinci dan kota Sungaipenuh. Diantaranya, dari Kecamatan Air Hangat, Kecamatan Depati Tujuh, Kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci, serta dari Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, kota Sungaipenuh.
Setelah menyampaikan Aspirasinya didepan kantor DPRD Kerinci, sejumlah perwakilan pengunjukrasa ini diperbolehkan masuk oleh DPRD Kabupaten Kerinci, dan diterima oleh pimpinan dan anggota DPRD kabupaten Kerinci.
Pengunjukrasa menyampaikan aspirasinya, dihadapan Pimpinan dan anggota DPRD Kerinci, menyebutkan penolakan mereka, terhadap putusan adat Depati Muaro Langkap, tentang penertiban peladang pendatang di wilayah Depati Muaro Langkap.
Menurut keterangan Heri Purwanto Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Kerinci mengatakan bahwa surat keputusan Depati Muaro Langkap, tidak sah. Pasalnya, tidak diatur dengan peraturan daerah. Selain itu, menurut dia, rapat yang dilaksanakan belum lama ini, bukanlah merupakan keputusan daerah.
Heri Purwanto, juga meminta dan mendesak penegak hukum turun tangan, untuk mengusut permasalahan ini. “Kita minta penegak hukum turun, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan”, ungkapnya.
Anggota DPRD yang lain, Elyusnadi di hadapan utusan massa, menyebutkan, kalau peladang yang berada di Tamiai adalah warga kabupaten Kerinci.
“Peladang yang ada di Tamiai, adalah warga Kerinci, jika ada yang dari luar Kerinci, asal sesuai aturan ya dipersilahkan,” sebut dia.
Sementara itu, salah seorang pengunjukrasa yang tidak diketahui namanya, menyebutkan, dirinya sudah turun temurun mengelola tanah yang dipolemikkan ini.
“Saya sudah keturunan ketiga yang mengelola tanah ladang kami di Tamiai, malah kami sudah beranak pinak di Tamiai, kok malah sekarang dipermasalahkan”, ungkap dia.
Masih menurut sumber, tanah ladang yang dikelolanya secara turun temurun tersebut, bukan diambil begitu saja, malah dibeli dari warga setempat puluhan tahun sebelumnya. “Tanahnya kami beli, kami juga mengisi adat wilayah setempat,” katanya.
Pantauan harian ini dilapangan, unjukrasa berjalan aman dan damai. Meskipun demikian, terlihat ratusan petugas pengamanan dari Polres Kerinci dan Satpol-PP kabupaten Kerinci. Masih pantauan dilapangan, ribuan massa ini, berdatangan dari berbagai penjuru dengan menggunakan Dum Truk dan mobil plat pribadi, serta kenderaan roda dua. (hen)