Batanghari, AP – Sebelas Orang Rimba Terap Kabupaten Batanghari dan Sepintun Kabupaten Sarolangun terserang penyakit campak dan sedang menjalani perawatan di dua rumah sakit di provinsi ini.
“Saat ini ada tujuh Orang Rimba dari Kelompok Terap sedang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi dan empat Orang Rimba dari rombong Sepintun di rawat di Rumah Sakit Haji Abdul Madjid Batoe (Hamba) Muarabulian,” kata Fasilitator Kesehatan Orang Rimba KKI Warsi, Yomi Rivadi dihubungi dari, Selasa (14/02).
Yomi mengatakan bagi yang kondisinya parah dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut, sedangkan di kelompok diupayakan untuk mencegah penularan ke anggota kelompok lainnya, terutama dengan penanganan pasien demam.
Untuk yang sedang di rawat di RS Raden Mattaher usianya bervariasi dari 4-41 tahun. Mereka adalah Nembo Bungo (4) dan ibunya Melundang (21), Meringgau (13), Melikau (15) Mentara (14) Menggerau (9) dan Tumenggung Menyurau.
“Sejak di rawat Jumat lalu, kondisi mereka sudah mulai membaik, namun Tumenggung yang masih perlu penanganan lebih lanjut karena terindikasi selain campak juga terserang bronkopneunomia (radang paru),” kata Yomi.
Saat ini di Terap kata Yomi masih ada lima pasien yang sudah mulai keluar bintik dikulit dan 20 lainnya mengalami demam. Fasilitator Kesehatan Warsi lainnya katanya sedang berusaha untuk mengobati Orang Rimba yang demam dan yang masih belum bisa dievakuasi ke rumah sakit.
Dikatakan Yomi, Orang Rimba merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap campak sehingga bisa menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain.
Orang Rimba lanjutnya, selama ini belum dapat imunisasi campak, imunisasi wajib yang menjadi program pemerintah. Akibatnya campak yang menyerang Orang Rimba bisa saja menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain, bahkan bisa menimbulkan kematian.
“Makanya kita harapkan Dinas Kesehatan bisa terlibat aktif dalam penanganan campak ke kelompok Orang Rimba di sejumlah lokasi yang juga terindikasi terkena wabah,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, serangan campak pada orang Rimba bisa mengarah ke kejadian luar biasa. Sebab campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus.
“Ketika pasien yang terkena campak batuk, maka cairan batuk yang terhisap oleh orang lain sangat bisa menulari. Dengan kondisi Orang Rimba yang berkelompok sangat mungkin mereka tertular satu sama lain, untuk itu sangat penting adanya pemisahan kelompok yang terjangkit dan belum terjangkit,” katanya menjelaskan.
Saat ini Orang Rimba Terap yang mengalami wabah campak selain menerima pengobatan dari fasilitator kesehatan WARSI, secara tradisional juga mulai melakukan penghambatan penyebaran penyakit dengan cara “sesandingon” atau memisahkan diri dari yang sakit yang diistilahkan mereka dengan “cenenggo atau ber-cenengg”.
Istilah ini secara luas juga bisa diartikan sebagai kelompok yang terserang penyakit. Untuk mengatasinya mereka selalu berhati-hati melakukan kontak dengan siapa saja, baik dengan orang luar maupun dengan Orang Rimba yang berasal dari kelompok lain ataupun yang baru melakukan kontak dengan orang desa. ant