Jambi, AP – Belakangan ini curah hujan di Provinsi Jambi terus meningkat, hal ini mengkhawatirkan terjadinya Banjir, Longsor dan angin kencang yang berpotensi diberbagai daerah di Jambi, meski hujan masih dikatagorikan biasa, namun pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi menghimbau tetap waspada, karna cuaca suatu saat dapat berubah.
Nurangesti WY, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Sultan Thaha Jambi, dalam kata sambutanya beberapa waktu lalu di LKBN Antara Jambi mengungkapkan, “tahun 2017 ini cuaca normal-normal saja itu berati perlu di waspadi Kurhutla (kebakaran hutan dan lahan),” ujarnya.
Diberbagai daerah saat ini tengah khawatir dengan kondisi cuaca kini, Karena tingginya intensitas curah hujan, membuat air sungai meluap, hal ini seperti yang terjadi di Desa Lambur, Kecamatan Muarasabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Akibatnya sejumlah akses umum dan permukiman warga tergenang air. Saat ini ketinggian air sudah mencapai satu meter.
Menurut salah seorang warga setempat, Daeng Me’k mengatakan, dalam dua hari terakhir, luapan air semakin meninggi. Bahkan di salah satu Dusun Siau Rt 02 ketinggian air sudah mencapai satu meter.
“Dua hari ini ketinggian air sudah mencapai satu meter,”ungkap Daeng Me’k.
Tidak hanya permukiman warga, lanjutnya, sejumlah pasilitas umum seperti sekolah, jalan dan puskesmas ikut tergenang air. Namun meski
tergenang aktifitas baik sekolah maupun puskesmas tetap beraktifitas seperti biasanya. “kalau sekolah sama puskesmas masih bisalah beraktifitas, tapi akses jalan ini yang sangat susah. Hanya saja untuk kendaraan roda dua tidak bisa melintas lantaran ketinggian air sudah mencapai satu meter,” ujarnya.
Senada apa yang diungkap Daeng Me’k, Suhar warga Desa Lambur mengatakan, memang setiap tahunya banjir sudah menjadi langganan, apalagi daerah tempat tinggal yang dekat dengan laut. Hanya saja, tahun ini kondisi air pasang cukup tinggi hingga satu mater. “kalau tahun sebelumnya tidak setinggi ini, tapi tahun ini cukup tinggi,”tuturnya
Apalagi, dengan curah hujang yang kian meningkat, membuat kondisi air sungai mulai menguap.
“Memang sudah musimnya, mau bagai mana lagi, cukup berhati-hati saja lah kita dengan kondisi air pasang seperti ini,”pukasnya.
Kemudian di Kabupaten Merangin, Curah hujan dengan itensitas tinggi hampir tiap hari menguyur wilayah tersebut. Terkait itu warga di sejumlah wilayah di Merangin diminta untuk waspada terhadap banjir dan tanah longsor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Merangin, Mardansyah Saidi, mengingatkan, terutama warga yang berada disepanjang bantaran sungai Tabir untuk waspada banjir.
“Sepajang sungai Tabir ini warga perlu waspada, karena rawan terjadi banjir. Apa lagi melihat cuaca ekstrim seperti saat ini, curah hujan sangat tinggi,” kata Mardansyah.
Mardansyah menyebutkan, hampir semua kecamatan disepanjang bantaran Batang Tabir rawan banjir. Apa lagi Kecematan Tabir Ilir dan Tabir Timur yang setiap tahun selalu dilanda banjir.
“Mulai dari Tabir Barat, Tabir Ulu dan Tabir itu harus selalu waspada dengan cuaca seperti saat ini. Apa lagi Kecamatan Tabir Ilir dan Tabir Timur yang merupakan kawasan rawan banjir,” sebutnya.
Waspada banjir juga dihimbau untuk warga yang tinggal disepanjang sungai Batang Masumai dan Batang Merangin. “Warga beberapa desa di Jangkat Timur juga harus waspada. Jika curah hujan terus terjadi kawasan-kawasan itu juga rawan banjir,” ujar Mardansyah.
Selain banjir, longsor juga rawan terjadi di wilayah Tabir Barat, Jangkat, Muara Siau, Lembah Masurai, Sungai Manau dan Pangkalan Jambu.
“Karena kawasan itu berbukit-bukit. Warga kami harap juga untuk selalu waspada terhadap longsor di sejumlah kecamatan itu,” tuturnya.
Untuk antisipasi, kata Mardansyah, pihaknya selalu siaga 24 jam. Selain itu pihaknya juga akan menyurati camat untuk mengingatkan warganya.
“Tim selalu siaga 24 jam. Alat-alat untuk evakuasi juga sudah kita siapkan, termasuk perahu karet dan lainnya,” tuntasnya.
Cuaca ekstrem yang terjadi dalam dua bulan terakhir membuat hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) turun drastis. Bahkan tidak sedikit nelayan yang beralih menjadi pekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
“Tangkapan kadang cuma cukup untuk makan. Gelombang tinggi,” ungkap Ambok, salah seorang nelayan di Parit 4 Kuala Tungkal.
Ditambahkannya, angin kencang dan ombak tinggi telah berlangsung sejak bulan Desember 2016 lalu. “Sudah ada hampir tiga bulan sejak bulan 12 kemarin ombak tinggi,” ujarnya.
Sejak terjadi ombak tinggi, kata Ambok, tidak banyak lagi nelayan yang melaut. Banyak dari rekan-rekan seprofesi beralih menjadi kuli bangunan dan kerja serabutan lainnya.
Hal senada juga diungkapkan nelayan lainnya, Yadi ia menyebut dengan keadaan cuaca seperti saat ini, angin kencang dan ombak tinggi, besar juga harapan ia kepada Pemerintah, agar bisa mendapatkan bantuan kapal yang lebih besar.
“Harapan kita kepada pemerintah, dibantulah kita ini. Kalau bisa dibantu kapal yang agak besar supaya kita aman melaut,” ujarnya. tim