JAMBI – Puluhan orang warga Suku Anak Dalam (SAD) di sejumlah daerah di Provinsi Jambi diketahui terserang penyakit. Akibatnya mereka terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan.
Dilaporkan, ada 47 SAD yang terserang penyakit. Setelah pemeriksaan, diketahui SAD ini positif terserang penyakit campak.
“Saat ini 26 orang diantaranya masih dalam perawatan medis,” ujar fasilitator kesehatan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Rusli, Sabtu (25/2).
Dikatakannya, 47 SAD yang terkena sampak itu adalah SAD kelompok Terap di kawasan hutan Kabupaten Batanghari, dan kelompok Sepintun di Kabupaten Sarolangun.
“Di Rumah Sakit Haji Abdul Madjid Batoe Muarabulian sebanyak 17 pasien, di Rumah Sakit Chatib Quswain Sarolangun sebanya 8 pasien, dan di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi 1 pasien,” sebut Rusli.
Dikatakannya lagi, Warsi terus mengupayakan pengobatan dengan mengevakuasi SAD yang sakit ke RS untuk penanganan lebih lanjut, sedangkan yang di dalam hutan jika masih ada yang demam diupayakan pengobatan dulu.
“Jika tidak ada kemajuan kita upayakan untuk dibawa keluar menuju rumah sakit,” ujarnya.
Lebih lanjut Rusli mengatakan, kondisi Orang Rimba saat ini cukup memprihatinkan sejak serangan wabah campak awal bulan ini. Kondisi cuaca yang kerap hujan, menyebabkan akses dan mobilitas Orang Rimba lumayan sulit untuk menuju ke rumah sakit.
“Campak merupakan penyakit yang menakutkan bagi Orang Rimba karena ini mewabah, bisa menular ke anggota kelompok dengan sangat cepat,” bebernya.
Bahkan, lanjut Rusli, jika tidak ditangani dengan baik maka bisa berakibat kematian. Untungnya sekarang kesadaran Orang Rimba untuk berobat medis sudah lumayan baik, sehingga mau dibawa ke rumah sakit. Hanya saja yang menjadi kendala adalah biaya hidup keluarga yang turut menunggu Orang Rimba selama dirawat.
“Kalau ada satu anggota keluarga yang sakit biasanya akan ada 2-3 orang yang ikut, jika di rawat selama satu minggu saja, butuh biaya yang sangat besar untuk mereka selama di luar,” pungkasnya.