Kualatungkal, AP – Minimnya Sarana pendidikan di wilayah perbatasan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) khususnya di Desa Bukit Bakar, Kecamatan Renah Mendaluh, memaksa anak-anak sekolah ke Kabupaten Tebo.
Kondisi ini direspon positif oleh wakil rakyat. Dewan akan memperjuangkan anggaran untuk pembangunan gedung sekolah di wilayah ini.
“Itu hal yang memprihatinkan. Saya berharap setelah reses ini mendapat laporan dari rekan-rekan DPRD dari Dapil tersebut,” ungkap Ketua DPRD Tanjabbar Faizal Riza ST MM.
Kata Faisal Riza, setelah mendapatkan laporan tersebut, dirinya akan meminta Komisi terkait untuk menindaklanjuti terkait kekurangan sarana prasarana pendidikan di Desa Bukit Bakar Kecamatan Renah Mendaluh.
Diakuinya ada penawaran dari Pemerintah Pusat untuk pembangunan sekolah-sekolah yang dirasakan perlu untuk dilakukan pembangunan.
“Kementerian meminta mana-mana sekolah yang dibangun. Kalau itu tidak bisa, bisa dianggarkan melalui APBD. Saya rasa untuk membangun satu sekolah anggarannya tidak terlalu besar. Seperti pembangunan Infrastruktur di wilayah Ulu. Saya rasa bisa kita anggarkan,” tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk mendapat ilmu pendidikan dasar atau SD, tercatat sekitar ratusan anak di desa Bukit Kausar harus menimba ilmu ke Kabupaten Tebo yang notabene berbatasan dengan Tanjabbar. Ini akibat miskinnya sarana pendidikan di desa ini. Praktis tak ada sama sekali sekolah di daerah ini.
“Jangankan gedung SMP, bangunan SD saja tak ada sama sekali. Makanya anak-anak ingin sekolah kalau tidak di Kabupaten Tebo di Batanghari,” kata Kades Bukit Bakar, Suwarno kepada awak media kemarin, Minggu (26/02).
Menurutnya, desa Bukit Bakar yang terlatak diperbatasan Kebupaten Tebo dan Batanghari memang tidak ada sarana pendidikan sekolah. Menjabat Kades sejak tiga tahun silam, ia telah berulangkali mengusulkan pembangunan fasilitas pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA kepada pemerintah daerah Tanjabbar.
“Namun hingga hari ini belum ada realisasi. 2016 lalu pihak dari kementerian Dinas Pendidikan telah melakukan peninjauan langsung ke desa. Tapi sampai kini juga tidak ada tindak lanjutnya,” tuturnya.
Sebagai pemimpin di desanya, Suwarno merasa sedih melihat nasib anak-anak desa sekolah di Kabupaten perbatasan. Dengan jarak relatif jauh, anak-anak sekolah berjalan kaki melintasi jalan tanah berdebu dan becek jika hujan lebat.
“Kasihan sekali. Kita harap pemerintah daerah memperhatikan persoalan ini. Cobah turun ke desa kami, terutama untuk Bapak Bupati dan Bapak Ketua DPRD melihat bagaimana nasib masyarakat,” pintanya. mg