Puluhan burung migran ditemukan mati dan lumpuh di pantai Cemara, Desa Sungai Cemara, Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) membuat warga desa sekitar khawatir. Warga curiga kematian dan lumpuhnya puluhan burung itu akibat virus yang bisa ikut membahayakan warga desa. Pasalnya, setelah puluhan tahun menjadi persinggahan burung migran antar benua, kejadian itu baru kali ini terjadi.
Pemkab Tanjabtim dan pihak BKSDA yang kemarin turun ke lokasi hingga saat ini belum berani memastikan penyebab kejadian itu. Soal kekhawatiran virus yang berpotensi ikut menyerang manusia seperti virus H5N1 pada kasus flu burung, Wakil Bupati Tanjabtim H Robby Nahliyansyah dan perwakilan BKSDA,Teguh, yang sempat turun bersama, sepakat mengesampingkan kemungkinan tersebut.
Indikasi pokoknya karena hanya burung jenis Camar Kedidi saja yang mengalami musibah itu. Sedangkan ratusan jenis lain yang menjadi bagian dari migrasi burung – burung tersebut dari Siberia tidak mengalami nasib seperti Camar Kedidi. Apalagi, kuat dugaan, mati dan lumpuhnya puluhan Camar Kedidi itu akibat kelelahan. Jika dilihat, sebagian yang mati bukan burung dewasa.
“Namun tentu kita tetap harus memastikan apa penyebabnya. Karena itu hari ini kita bawa tim dokter hewan untuk pengambilan sampel dan membawanya ke laboratorium di Jambi agar bisa seger kita ambil langkah kongkrit guna mengantisipasi hal – hal yang berpotensi merugikan masyarakat sekitar,”jelas H Robby.
Salah seorang warga Sungai Cemara, H. Saleh mengatakan, sejak dari kecil dirinya tinggal di Desa Sungai Cemara belum pernah melihat kejadian serupa ‘’Baru lah ketemu kejadian ini, saya lahir sampai besar di sini dan baru pertama kejadian ini,’’ kata Saleh.
Kepala desa Sungai Cemara, Sawaludin, menjelaskan, kejadian itu pertama kali diketahui oleh nelayan yang kemudian melaporkan kepadanya. Setelah mengecek langsung ke lokasi, Sawaluddin bersama Camat Sadu melaporkan hal tersebut ke Pemkab.
“Selain yang terdampar di pantai, menurut nelayan kita juga ditemukan cukup banyak di laut. Ini yang membuat kita khawatir. Alhamdulillah Pemkab dan BKSDA cepat tanggap. Semoga hal ini musibah biasa yang tidak berbahaya bagi kami warga sini,”harap Sawaluddin.
Sawaluddin sendiri mengaku sempat merawat sekitar 20 burung Camar Kedidi yang lumpuh dengan menggunakan infus. Beberapa ada yang selamat dan sudah di lepas lagi, sebagian lainnya tidak terselamatkan. Hingga sekarang masih ada lebih dari 10 ekor yang masih dalam perawatan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanjabtim, Drh Adam Ashari , yang ikut dalam rombongan wabup juga menguatkan bahwa kecil kemungkinan kejadian itu membahayakan warga sekitar. ‘’Tidak semua penyakit unggas akan menular kepada manusia. Lagi pula kalau burungnya tidak langsung mati, berarti bukan sejenis virus yang membahayakan, biasanya tidak menularkan,’’ terang Adam. “Semoga cuma karena kelelahan”.
Adam berjanji secepatnya membawa sampel yang diambil ke laboratorium. Apapun hasilnya segera akan ditindaklanjuti sesuai prosedur penanganan. fni