Jakarta, AP – Presiden keenam RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, H Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Teras Istana Merdeka, Kamis (09/03) Kemrin.
Sebelumnya, dalam jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (01/02) lalu, SBY mengaku ingin bertemu dengan Jokowi. SBY merasa perlu bertemu untuk membicarakan banyak hal terkait berbagai isu, terutama soal tuduhan yang selama ini diarahkan kepadanya.
“Saya sebetulnya ingin melakukan klarifikasi secara baik dengan niat dan tujuan baik supaya tidak menyimpang, baik Pak Jokowi maupun saya, prasangka, praduga, perasaan enak atau tidak enak, atau saling curiga,” ucap SBY.
SBY kembali menyinggung soal dirinya yang dituduh menggerakkan dan mendanai aksi 4 November 2016, kemudian soal tuduhan dirinya terlibat upaya makar.
“Oleh karena itu, bagus kalau saya bisa bertemu, sekali lagi blakblakan apa yang terjadi, apa yang beliau dengar supaya ada dialog, mana yang benar, mana yang tidak benar,” ucap SBY pada waktu itu.
Dalam pertemuan tersebut, SBY menganggap sebagai ajang Tabayun. Tabayun berarti mencari kejelasan mengenai sesuatu hal. “Suasana baik sekali, karena jadi ajang tabayun yang baik,” kata SBY, dalam jumpa pers bersama Presiden Jokowi, di Teras Istana Merdeka, Kamis (09/03) siang.
SBY merasa tabayun perlu dilakukan karena ia sudah lama tidak bertemu dengan Jokowi.
Namun, SBY enggan menjelaskan secara rinci kejelasan apa yang dicari dalam pertemuan dengan Jokowi ini.
“Jarang bertemu atau sudah lama tidak bertemu mungkin ada informasi yang tidak sepatutnya didengar,” kata SBY.
Lalu kemudian SBY menginginkan ada semacam klub yang mewadahi komunikasi antara presiden dengan para mantan pemimpin negeri.
“Ini kalau ada klub presiden dan mantan presiden ‘kan baik, seperti ini kita bisa saling berkomunikasi,” kata Ketua Umum Partai Demokrat.
Dengan adanya wadah itu, katanya, tidak perlu ada miskomunikasi dan misinformasi antara pemimpin bangsa dan mereka yang pernah memimpin bangsa ini.
“Kalau seloroh saya presiden ini hidupnya tidak tenang, kiri salah kanan salah, maju kena mundur kena dan itu saya sampaikan juga kepada beliau, saya alami juga dulu ketika 10 tahun memimpin Indonesia,” katanya.
Namun, ia percaya Jokowi akan terus tegar menghadapi berbagai ujian sejarah ini.
“Kita doakan semoga separuh perjalanan, bulan depan ini sudah separuh jalan kabinet yang beliau pimpin, tinggal separuh jalan lagi, harapan saya semakin sukses kalau pemerintah sukses kan rakyat kita juga senang,” katanya.
Menurut dia, pertemuan tersebut sejatinya sudah dirancang cukup lama namun baru bisa terlaksana.
“Saya mendengarkan Bapak Presiden apa saja yang menjadi agenda beliau, agenda nasional. Saya juga mengucapkan selamat atas keberhasilan menjadi tuan rumah baik kunjungan Raja Salman maupun IORA yang baru selesai,” katanya.
Menurut SBY, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia terus berperan di panggung internasional.
“Kami juga mendiskusikan bahwa negara ini harus maju negara Pancasila, negara bhinneka tunggal ika, negara yang mengayomi semua. Dan komitmen beliau samalah dengan komitmen saya, komitmen para mantan presiden, ingin membangun negeri ingin negeri kita makin baik,” katanya.
Usai menggelar pertemuan tertutup, Presiden Jokowi mengungkapkan isi pembicaraannya dengan ketua umum Partai Demokrat, “Berbicara banyak hal baik yang berkaitan dengan politik nasional, ekonomi nasional. Namanya diskusi kan banyak hal-hal dan lainnya,” ujar Jokowi.
Jokowi pun memberikan alasan pertemuannya dengan SBY baru bisa diwujudkan hari ini.
“Seperti yang sudah sering saya sampaikan bolak-balik kan sudah saya sampaikan bahwa saya akan mengatur waktu untuk beliau, Pak SBY. Dan hari ini Alhamdulillah beliau pas juga ada waktu dan beliau juga ada maka kita janjian dan ketemu,” ujar Jokowi.
“Direncanakan tapi pas kadang-kadang saya ada waktu, pak SBY tidak ada. Beliau ada, saya kebetulan pas barengan ada acara,” tutur Jokowi.
Ketua Harian DPP Golkar Nurdin Halid menanggapi pertemuan Jokowi dengan SBY, Nurdin yakin pertemuan Jokowi dengan SBY bukan sinyal Partai Demokrat gabung ke koalisi pendukung pemerintahan.
Menurut Nurdin, pertemuan kedua tokoh itu lebih ke dalam konteks silaturahmi. “Tidak (koalisi), bukan begitu. Dalam bangsa multi partai itu silaturahmi penting, lobi politik penting. Dengan silaturahmi itu kan membuktikan bangsa semakin dewasa,” ujar Nurdin.
Menurut Nurdin, pertemuan antara Jokowi-SBY memberikan pencerahan dalam berdemokrasi. “Bagus dong. Saya kira dalam era multi partai dengan demokrasi yang sangat terbuka pertemuan antara elite bangsa bangus sebagai pencerahan demokrasi,” kata dia.
Nurdin mengatakan petemuan tersebut membuktikan tidak ada ketegangan antar elite politik. Mantan Ketua PSSI ini memuji Jokowi yang telah mengeksekusi pertemuan dengan SBY.
“Jadi tak ada ketegangan antar elite, pertemuan itu akan mengkondisikan bangsa ini. Kita harus beri apresiasi ke pak Jokowi, beliau bisa bertemu dengan suasana kekeluargaan sehingga bisa meredam isu-isu yang bisa meredam ketegangan di bangsa ini,” pungkas Nurdin.