Kerinci, AP – Kabupaten Kerinci, kembali memanas. Kali ini, bentrok terjadi antara masyarakat Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, dengan masyarakat peladang Dusun Maro Pulau, Senin (20/3).
Penyebabnya, diduga karena persoalan tanah ladang. Di mana warga Tamiai sempat mengusir para peladang, yang diduga bertani di wilayah Depati Muara Langkap.
Sumber harian ini dilokasi, menyebutkan bentrok terjadi saat warga peladang yang menggunakan ratusan sepeda motor, mendatangi kantor camat Batang Merangin di Tamiai.
Massa kemudian melempari kantor camat. Mendapat informasi tersebut, warga Tamiai berhamburan keluar rumah, karena menduga desa mereka diserang.
Informasi yang didapat di lapangan, akibat kerusuhan warga tersebut, sebanyak 72 unit sepeda motor hangus dibakar massa.
Saat keributan pecah, sebagian besar warga Tamiai sedang berada di sawah dan di ladang. Namun warga berdatangan kembali ke desa, setelah mendengar pengumuman di mesjid-mesjid, bahwa desa mereka sedang diserang.
“Ya, ada pengumuman di mesjid, kalau desa diserang. Pria dan wanita langsung turun membawa parang dan tombak, memblokade jalan, serta membakar puluhan sepeda motor milik penyerang,” kata warga yang enggan namanya ditulis.
Sementara warga lainnya, juga mengakui banyaknya sepeda motor yang dibakar dalam bentrok tersebut. “Lebih dari 10 motor. Sengaja dibakar massa di jalan raya,” ungkapnya.
Satu warga Tamiai juga dikabarkan terluka, terkena lemparan batu. “Selain saling lempar, massa yang bentrok juga melempari kantor camat,” tambahnya lagi.
Tokoh masyarakat Tamiai, Hasferi, yang dikonfirmasi mengakui ada 72 unit sepeda motor yang dibakar oleh warga. Motor tersebut, ditinggalkan pemilik, karena kabur.
“Saya hitung tadi ada 72 unit motor yang dibakar. Mulai dari rumah saya sampai ke kantor camat,” ungkap Hasferi.
Dia menegaskan, terjadinya bentrok ini akibat lambannya penanganan dari pemerintah daerah. “Persoalan ini sudah lama, namun lamban diantisipasi,” sebutnya.
Lebih lanjut, jelas Hasferi, Jika penanganan dari pemerintah daerah cepat, bentrok antar warga peladang dengan warga Tamiai tidak akan terjadi. “Masyarakat, baik peladang maupun warga Tamiai, akhirnya mengambil jalan sendiri-sendiri,” tambahnya.
Saat ini, ratusan personel keamanan baik dari TNI dan Polri, sudah turun ke lokasi, untuk mencegah terjadinya bentrokan susulan.
Beredar informasi, ada kosentrasi massa di wilayah perbatasan Lubuk Paku, yang kabarnya akan datang ke Tamiai. Mengantisipasi hal ini, warga Tamiai juga bersiaga di perbatasan desa.
Tokoh masyarakat Tamiai, Jendril, dikonfirmasi mengatakan bahwa kejadian tersebut bermula pada Senin pagi (20/03) kemarin, masyarakat peladang di Dusun Muaro Pulau hendak ke Kantor Camat Batang Merangin untuk mempertanyakan penyelesaian konflik. Namun disaat itu, Camat berada di kantor Bupati, dalam merangka membahas konflik lahan.
“Masyarakat peladang kecewa karna tidak ada camat di Kantor, dan bakhirnya merusak kantor camat,” kata Jendril, singkat.
Sedangkan ratusan personil kepolisian resort (Polres) Kerinci dikerahkan mengamankam terjadinya bentrokan di Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kerinci.
“Kita sudah kerahkan lebih 100 polisi ke Tamiai, saat mengamankan lokasi kejadian. Saat ini mulai kondusif. Kita tetap memberikan pengaman ketat,” kata Kasat Sabhara Polres, AKP Sarifudin, dikonfirmasi via telpone kemarin (20/03).
Sedangkan Camat Batang Merangin Supril Hadi membenarkan adanya massa yang datang kekantor Camat. Hingga terjadi keributan. Ia katakan, saat ini pihak kepolisian sudah datang ke lokasi.
Supril mengatakan, saat ini dirinya bersama Kapolsek Batang Merangin sudah dikantor Camat. “Saya dalam kantor camat, massa ramai diluar, terjadi bentrok soal lahan perkebunan yang sebelumnya,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Kerinci, Adirozal, meminta kepada para petani di Dusun Muaro Pulau dan Desa Tamiai, agar bisa menahan diri. Pasalnya, saat ini pihak Pemkab masih terus berusaha untuk menyelesaikan konflik lahan tersebut. “Penyelesaian ini tidak mudah, kita sudah terus berusaha untuk menyelesaikannya. Makanya kita minta warga, untuk menahan diri,” ujar Adirozal.
Dikatakan Adirozal, bahwa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut harus ada perdanya terlebih dahulu tentang tanah ulayat. “Buat Perda Tanah Ulayat kan tidak mudah, di Indonesia cuman ada 1. Untuk buat perda harus mulai dari Pokja dulu, seletah menyusun bahan-bahan, kemudian sampai kepada mengundang ahli hukum pertanahan,” ungkapnya.
Untuk itu, orang nomor satu di Kerinci ini meminta warga tetap bersabar. Namun saat ini terlebih dahulu yang bersifatnya kriminal, agar diselesaikan secepatnya, agar permasalahan tidak menjadi panjang. “Sekarang yang sifatnya kriminal, tegakan hukum,” tegasnya.
“Akan kita cari solusi tengahnya, yakni harus secara teratur, agar tidak ada yang dirugikan. Baik itu Desa Tamiai, maupun para peladang. Mereka akan kembali kita kumpulkan untuk menyelesaikan lahan tersebut,” pungkasnya.
Mendengar peristiwa itu, Gubernur Jambi, H. Zumi Zola Zulkifli, langsung menelpon Wakil Bupati Kerinci dan kapolda Jambi untuk mengetahui pasti informasi tersebut.
“Saya sudah tanyakan masalahnya apa, dan saya minta dari Pemkab setempat baik pak Bupati dan Wabub turun ke lapangan mendinginkan situasi,” ujarnya.
Gubernur juga sudah menelpon Kapolda Jambi untuk memantau situasi keamanan. “Saya juga sudah telpon Pak Kapolda untuk pengamanan,” ujar gubernur.
Kalau ada provokatornya yang ditemukan aparat kepolisian, ya harus ditindak tegas, tegasnya.
Bentrok tersebut membuat ruas jalan Kerinci-Bangko lumpuh. Lumpuhnya jalan Kerinci menuju Bangko ini disebabkan warga yang bentrok masih berada di pinggiran jalan dan motor yang dibakar warga masih belum dibersihkan.
“Kita tidak bisa lewat, puluhan motor terlihat terbakar di jalan,”ungkap Ida salah seorang pengguna jalan.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang diluar kendali, Polda Jambi menurunkan dua kompi pasukan dari Satbrimobda Jambi Detasemen B Pamenang dan Personil Polres Sarolangun.
“62 personil berangkat pagi tadi untuk mem-back up bentrok di sana,” ujar Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Kuswahyudi Tresnadi saat dikonfirmasi. (hen)