Sarolangun, AP – Tingginya curah hujan mengakibatkan banjir dan lonsor serta rusaknya infrastruktur jalan dan pemukiman pada triwulan pertama di Kabupaten Sarolangun berdampak kerugian hingga milyaran rupiah. Pasalnya, banjir tidak hanya merusak dan merendam rumah warga saja, namun juga merusak infrastuktur jalan di Dusun Tanjung Putus, Desa Temenggung, Kecamatan Limun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sarolangun, Mulyadi, S.Sos saat ditemui awak media baru- baru ini diruang kerjanya, memaparkan, “Selama tiga bulan terakhir pada 2017 ini, terjadi dua kali bencana banjir, yakni pada tanggal 28 Febuari dan 3 Maret di Kecamatan Limun, Pauh, Mandiangin dan Air Hitam,” kata Mulyadi
Disampaikannya, bahwa sebenarnya hampir di semua kecamatan yang terkena dampak banjir akibat tingginya curah hujan. Namun hanya empat kecamatan yang melakukan koordinasi dengan pihak BPBD.
“Untuk total rumah yang terendam di empat kecamatan tersebut sebanyak 2084 atau 22 Desa. Sementara infrastruktur jalan ada di Desa Temenggung, Kecamatan Limun, dan untuk total kerugian warga akibat rumahnya terendam diperkirakan ratusan juta rupiah, sementara kerugian kerusakan jalan karena longsor diperkirakan 1,5 miliar,” paparnya.
Namun demikian, Mulyadi menjelaskan, bahwa semua kecamatan Kabupaten Sarolangun dianggap rawan banjir. Hanya saja, perangkat Desa setempat yang tidak melakukan koordinas dengan pihak BPBD sehingga tidak terdata secara keseluruhan jumlah wilayah yang terkena bencana banjir.
“Sementara ini, diperkirakan musim penghujan akan berlangsung hingga bulan Mei mendatang. Jadi diharapkan masyarakat terus waspada dan berkoordinasi dengan BPBD jika ada bencana,” harapnya.
Lebih lanjut Mulyadi menjelaskan, bahwa selama dua kali terjadi bencana banjir tidak ada korban jiwa, hanya saja ada warga yang mengalami luka ringan dan banyak ternak milik warga yang mati.
“Untuk korban jiwa dan luka berat selama bencana banjir terjadi dalam data kami nihil, yang ada hanya luka ringan saja,” ungkapnya.
Disisi lain, Mulyadi mengakui bahwa sebenarnya Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sarolangun masih mengalami kekurangan jika dilihat dari luas wilayah Kabupaten Sarolangun. Namun untungnya hingga saat ini tidak ada kejadian yang terjadi secara bersamaan di wilayah yang berbeda.
“Untuk TRC ada tiga regu, satu regu terbagi tujuh orang, jadi secara keseluruhan ada 21 orang yang direkrut dan semua berstatus tenaga honorer,” tandasnya. luk