Jambi, AP – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jambi, Hj. Sherrin Tharia Zola mengemukakan bahwa Dekranasda terus berupaya menumbuhkan kemandirian para pengrajin. Hal itu disampaikan oleh Sherrin Tharia dalamAdiwastra Nusantara 2017, bertempat di Hall B Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (05/04) siang.
Adiwastra Nusantara merupakan pameran kain, batik, tenun, dan songket unggulan se Nusantara, yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun BUMN.
Sherrin menyatakan, pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Dekranasda dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait terhadap para pengrajin, untuk meningkatkan kualitas karya yang dihasilkan dan untuk membuka pasar, arahnya adalah untuk menumbuhkan kemandirian para pengrajin tersebut.
Sherrin mengungkapkan, pembinaan ke para pengrajin juga harus dikaji, bagaimana hasilnya, dan, bukan hanya dibina tetapi tidak ada wadah untuk menunjukkan hasil karya pengrajin, melainkan harus disediakan wadah untuk menunjukkan hasil karyanya. “Selain membina, program-program yang lain utuk menunjukkan hasil karya para pengrajin juga harus ada. Contohnya even hari ini, kedepannya ada Inacraft, ada fashion show, dan itu harus terus-menerus, berkesinambungan, sehingga dengan seringnya kita berkarya, para pengrajin bisa mandiri,” ujar Sherrin.
Untuk itu, lanjut Sherrin, dilakukan pendampingan. “Kalau pengrajin sudah bisa mandiri, berarti pembinaan dan pendampingan berhasil, mereka bisa berkarya sendiri, punya link sendiri dan pasar sendiri,” tambah Sherrin.
“Saya percaya, tiap pengrajin punya identitas tersendiri, jadi saya mengharapkan agar sesama pengrajin jangan takut bersaing karena setiap pengrajin mempunyai identitas dan kekhasan tersendiri, cara guratannya beda, hasil yang dicelupkan ke warna juga beda, misal pastel, pastel yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda, warna violet dan lavender itu berbeda. Saya menginginkan pengrajin juga percaya pada dirinya sendiri bahwa mereka patutu diperhitungkan di kancah nasional bahkan internasional nantinya,” tutur Sherrin.
Sherrin menambahkan, jika saat ini diadakan kerjasama dengan Barli Asmara untuk pengambangan desain dan kualitas Batik Jambi, namun bukan berarti kerjasama hanya ke Barli Asmara, melainkan Sherrin berharap agar para desainer Jambi, terutama para desainer muda juga turut berkontribusi untuk pengembangan kualitas Batik dan kain Jambi. “Karya para desainer kita, terutama anak-anak muda juga harus diperhitungkan. Mudah-mudahan kedepannya ada desainer Jambi yang memang otentik Jambi. Yang sekarang ini sudah bagus, tetapi masih harus dipoles supaya kedepannya Batik Jambi lebih indah dan punya identitas kekhasan yang kuat, misalkan ke arah Muslim atau ke arah modern. Masing-masing punya ciri khas tersendiri, itu yang kita gali. Kedepannya, saya menginginkan fashion show itu dari anak-anak lokal kita, anak Jambi,” jelas Sherrin.
Sherrin juga mengatakan bahwa pengembangan batik dan kain Jambi harus berorientasi pasar, artinya harus bisa membaca dan memenuhi keinginan pasar. “Jika pasar menyambut baik hasil karya kita, berarti kita berhasil, namun ketika kita berkarya namun tidak dinminati pasar, kita harus evaluasi,” ungkap Sherrin.
“Kedepan, program Gubernur Jambi ingin agar anak-anak sekolah diingatkan lagi tentang khasanah daerah, jadi muatan lokalnya ditingkatkan lagi. Alhamdulillah, program Pak Gubernur dengan yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian tadi, insyaallah sejalan. Dari kami Dekranasda juga sedang giat-giatnya untuk mengembangkan lagi pengrajin-pengrajin nii sampai mana limit mereka bisa berkarya, seperti kemarin ada fashion show. Kita siapkan wada-wadah bagi para pengrajin untuk berkarya, dan untuk lebih lagi mengeksplore lagi kemampuan mereka<” terang Sherrin.
“Jadi, alhamdulillah, Pusat dan Provinsi, saya melihatnya beriringan. Kita berusaha, lalu ada juga wadahnya untuk show case-nya. Contohnya, Adiwastra ini, setelah 10 tahun, baru ini kita diundang. Mungkin dari pihak Pusat melihat ada perkembangan Jambi, jadi Jambi bisa dilirik, ada prospeknya. Itu langsung kita sambar, kita tanggapi dengan serius, mudah-mudahan kita bisa sejajar dengan provinsi-provinsi lainnya, yang memang sudah lebih dulu dari kita mengembangkan batik, songket. Kita, perlahan tapi pasti, pelan-pelan, tetapi dari segi detailnya itu harus diperhatikan. Bukan hanya sekedar bikin pameran, tetapi hanya sekali duakali, lalu orang kapok, jangan sampai seperti itu, kita mau kontinyu, sehingga Jambi punya nama yang orang-orang mengetahui kekhasan batik dan kain Jambi. Orang dengan melirik sedikit, tahu itu Batik Jambi, seperti kalau orang melihat songket dari Palembang. Kita punya sesuatu yang bisa dijual dan orang juga dapat menghargai hasil karya Jambi,” tutur Sherrin.
Pada kesempatan tersebut, Sherrin meninjau stan pameran Dekranasda Provinsi Jambi yang menampilkan batik, songket, dan kain Jambi dengan berbagai motif. Dan, Ketua Panitia Adiwastra Nusantara 2017, Dida Herdiawan juga meninjau stan pameran Dekranasda Provinsi Jambi tersebut.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, yang membuka Adiwastra Nusantara 2017 tersebut menyatakan, hasil penjualan dalam Adiwastra tahun lalu Rp14 miliar, dan tahun ini ditargetkan Rp20miliar.
Airlangga mengungkapkan bahwa produk-produk yang ditampilkan dalam Adiwastra ini merupakan indigeneous (asli) Indonesia, tersebar di 369 IKM (Industri Kecil dan Menengah), industri kreatif berbasis desain, sehingga memiliki daya saing tinggi. mas