Jakarta, AP – Kemarin public dikejutkan dengan adanya kekerasan fisik yang dialami Novel Baswedan (NB), sang penyidik senior nan berpengalaman di KPK, atas kejadian ini banyak public bertanya-tanya, permasalahan ini bersangkutan dengan masalah pribadi atau masalah kasus-kasus besar yang tengah ditanganinya, sehingga menyerang dengan terencana.
Semua media arus utama mengabarkan bahwa serangan tersebut terjadi ketika NB dalam perjalanan pulang menuju kediamannya usai Salat Subuh di Masjid Al Iksan, Jakarta Utara. Dalam proses itu, ada dua orang yang menghampirinya dan menyiramkan air keras ke wajahnya.
Bila ditarik ke belakang, upaya pelemahan terhadap KPK pada dasarnya telah berulang dilakukan. Salah satunya dengan mengamputasi pegawai, penyidik dan pimpinan KPK. Tujuannya agar pemeberantasan korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Khusus kepada NB, ia telah berulang menjadi sasaran teror, intimidasi dan kriminalisasi.
Masih hangat dalam ingatan kita, ketika NB menyidik kasus korupsi di Korps Lalu Lintas Polri yang melibatkan Irjen Djoko Susilo. Pasca menangkap Kaorlantas Polri itu, NB menjadi sasaran kriminialsasi. Ia dituduh melakukan penganiayaan terhadap pencuri sarang burung walet yang menyebabkan kematian. Dalam perjalanannya, kejaksaan agung menghentikan proses hukum kepada NB dengan dalih telah kadaluwarsa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 78 KUHP.
Selain kriminalisasi, NB juga menjadi sasaran kekerasan dan intimidasi. Pada saat menangkap Bupati Buol, Amran Batalipu pada 2012, sepeda motor yang dikendarai NB ditabrak secara sengaja oleh mobil pendukung Amran. Di waktu yang lain, sekitar pertengahan 2016, dalam perjalanan ke KPK, NB diseruduk mobil orang yang tak dikenal, hingga ia terlempar dari motornya.
Serangkaian kriminalisasi, teror dan intimidasi kepada NB sesungguhnya bukanlah hal baru. Ini adalah koruptor fightback alias serangan balik koruptor. Tidak bisa dipungkiri sosok NB yang berintegritas dan berdedikasi pada pekerjaannya menjadi ancaman nyata bagi koruptor. NB tidak mengenal kompromi saat bertugas, sehingga koruptor kelimpungan menghadapinya. Untuk itu digunakanlah cara-cara kotor dan licik untuk menghadapinya.
Saat ini NB sedang mengusut korupsi KTP Elektronik. Karena itu tidak dapat dinafikan, bahwa intimidasi dan kekerasan fisik yang dialaminya hari ini berhubungan dengan penyidikan kasus tersebut. Tegasnya, ada maling-maling berdasi yang terlibat dalam kasus korupsi KTP Elektronik yang terusik dan terancam eksistensinya sehingga mereka menggunakan cara yang sama sekali tidak beradab; hendak melenyapkan NB. Dengan kata lain, kekerasan fisik yang dialami NB berkelindan dengan pengungkapan kasus korupsi di KPK seperti korupsi KTP Elektronik.
Pasca penyerangan ini NB masih dirawat intensif di RS Mitra Keluarga, Jakarta Utara. Dalam foto, NB tampak terbaring dahinya dililit perban, begitu pula hidung dan bagian bawah mata.
Novel didampingi sepupunya, Anies Baswedan dan sang kakak, Havidz Baswedan. Anies tampak memberi semangat dengan menggenggam tangan Novel.
Anies mengatakan luka yang dialami Novel pada bagian kulit wajah terutama bagian mata sebelah kiri. Hal ini menjadi fokus utama karena terkena banyak cairan (air keras).
“Kulit muka kemudian mata, ada tangan tapi yang saat ini menjadi fokus adalah mata, karena di situ yang cukup kena banyak terutama mata sebelah kiri, mata sebelah kirinya yang terkena banyak,” ujar Cagub DKI Jakarta ini.
Air keras di mata Novel sudah dibersihkan. Novel kemudian akan dibawa ke Jakarta Eye Center (JEC) untuk mendapatkan perawatan terkait masalah penglihatannya.
Ketua SETARA Institute Hendardi mengatakan aksi siram air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan adalah bentuk teror biadab yang ditujukan untuk melemahkan dedikasi dan kinerja Novel dalam pemberantasan korupsi.
“Saya mengutuk kekerasan itu dan mendorong Polri untuk aktif dan segera menangkap pelaku teror tersebut, untuk menghindari asumsi-asumsi yang dapat membenturkan Polri dengan institusi KPK oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Ketua Setara Institute Hendardi.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PPP Arsul Sani meminta Komisi Pemberantasan Korupsi meninjau ulang sistem pengamanan para penyelidik, penyidik, dan Jaksa Penuntut Umum di institusi tersebut, sehingga tidak terjadi intimidasi pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
“Selain pengusutan kejadian ini, saya kira sudah saatnya KPK mereview kembali Standard Operation Prosedure (SOP) pengamanan jajaran penegak hukumnya seperti penyelidik, penyidik dan JPU,” kata Arsul.
Arsul mengatakan Polri harus segera mengusut kejadian penyerangan dengan menyiramkan air keras terhadap penyidik senoir KPK Novel Baswedaan Selasa pagi tersebut, dan memberikan prioritas penanganan apalagi yang dialami Novel bukan kejadian pertama.
Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai penyelidik dan penyidik KPK harus mendapat perlindungan dari aparat Kepolisian sehingga tidak terjadi tindakan teror dan intimidasi ketika mereka sedang menjalankan tugas pemberantasan korupsi.
“Harus ada perlindungan, jangan sampai hal-hal seperti teror atau intimidasi terjadi,” kata Taufik Kurniawan di Gedung Nusantara III.
Anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni meminta Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk segera menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.
“Saya sebagai Anggota Komisi III meminta Kapolri dan Kepala BIN untuk menangkap pelaku penyerangan kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan,” tegas politisi NasDem ini.
Sahroni menekankan kasus ini harus cepat terungkap karena sangat rentan dengan kemungkinan keterkaitan atas kasus yang ditangani Novel di KPK.
Seperti diketahui, Novel adalah salah satu penyidik andalan KPK untuk penanganan kasus-kasus besar. Bahkan Sahroni mengungkapkan koordinasi Polri dengan BIN harus dilakukan bila dianggap perlu dalam pengungkapan kasus ini.
“Novel sedang melakukan penyelidikan kasus-kasus besar. Maka Polri dan BIN harus tangkap pelaku intelektual nya dengan segera agar kasus ini terang benderang,” jelasnya.
Sekretaris Fraksi Partai Nasdem di DPR, Syarief Abdullah Alkadrie meminta Kepolisian mengungkap dan menangkap pelaku penyiraman dengan menggunakan air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan, karena merupakan cara yang tidak patut dilakukan.
“Ini tindakan biadab. Kita kepolisian untuk segera mengungkap dan menangkap aktor intelektual tindakan kekerasan dilakukan terhadap Novel Baswedan,” kata Syarief Abdullah.
Abdullah meminta pertanggungjawaban Kapolri dan Kapolda untuk secepatnya mengungkap kasus itu karena telah didukung teknologi yang sudah canggih.
Dia mencontohkan pelaku terorisme yang sulit, akhirnya bisa dideteksi dan ditangkap sehingga Kepolisian harus cepat menangkap pelaku penyiraman tersebut.
“Tentu kasus Novel ini jauh lebih mudah. Bila tidak secepatnya akan berdampak negatif pada kepercayaan masyarakat kepada kepolisian,” ujarnya.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. meminta Kepolisian Republik Indonesia untuk mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
“Kasus ini perlu diungkap, akan sangat aneh kalau tidak bisa diungkap,” ujar Mahfud ketika ditemui usai penyambutan Hakim Konstitusi Saldi Isra di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta.
Menurut Mahfud, bila kasus yang terjadi pada Novel tidak terungkap, maka masyarakat akan menduga-duga bahwa peristiwa tersebut terkait dengan kasus yang sedang ditangani oleh Novel.
“Misalnya kasus KTP-E, tapi kan ada puluhan orang yang terkait sementara kasus korupsi lain yang ditangani oleh Novel juga sangat banyak,” kata Mahfud.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah menyampaikan, Ketua KPK Agus Rahardjo dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan datang ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, tempat Novel dirawat.Ia bilang, peristiwa yang dialami Novel ini merupakan hal yang serius. Sebab saat ini, KPK sedang melakukan pemberantasan korupsi dengan kualifikasi perkara grand corruption. Apalagi Novel merupakan salah satu penyidik senior KPK yang sedang menangani kasus besar e-KTP.
“Beberapa waktu sebelumnya memang terjadi teror sejenis atau ancaman lain beberapa waktu lalu. Meskipun demikian, serangan itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ini jadi concern bersama,” jelas Febri.
Sebelumnya, Presiden Jokowi di Istana Negara memerintahkan Kapolri Tito Karnavian segera mencari dan menangkap para pelaku penganiaya penyidik KPK Novel Baswedan. Dia juga memerintahkan kepada Tito untuk segera mencari dalang aksi penganiayaan tersebut.
“Saya perintahkan Kapolri segera cari siapa pelakunya, jangan sampai orang yang punya prinsip teguh seperti itu dilukai dengan cara tidak beradab,” kata Jokowi di Istana Negara, Selasa (11/04).
Bahkan Jokowi menganggap penganiayaan Novel tidak beradab. “Saya mengutuk keras penganiayaan saudara Novel, itu tindakan brutal,” ujarnya.
Jokowi berharap dengan kejadian tersebut, penyidiki aparat penegak hukum semakin meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan tugasnya. “Saya harap mereka juga tetap semangat dalam kerja,” tutupnya. tim