Jakarta, AP – Pemerintah mengusulkam sistem pentarifan tunggal untuk angkutan multimoda dalam rangka menekan biaya logistik.
Deputy Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putera Irawady dalam diskusi yang bertajuk “Mengurai Benang Kusut Arus Logistik di Pelabuhan Indonesia” di Jakarta, Rabu mengatakan hal ini seharusnya ditangani oleh kementerian teknis, yaitu Kementerian Perhubungan.
“Ini bagus sudah ada peraturannya, Peraturan Pemerintahnya sudah selesai dibuat, artinya Menhub menghadapi masalah kewenangan dulu,” katanya.
Edy mengusulkan Kemenhub membentuk unit tersendiri untuk menangani sistem tarif tunggal tersebut setingkat Direktorat Jenderal.
“Tapi, ada pembatasan unit, itu sangat penting,” katanya.
Menurut dia, sistem integrasi tarif multimoda ini sangat penting karena kondisi geografia Indonesia menuntut distribusi barang menggunakan lebih dari satu moda.
“Karena enggak mungkin negara kepulauan ini enggak ada multimoda,” katanya.
Dia mengatakan nantinya pengiriman barang contohnya dari Jayapura ke Jakarta hanya dikenakan satu tarif.
“Jangan sampai bayar untuk laut, kereta api juga, bayar lagi truk, kalau ada satu sinergi transportasi multimoda, dia cukup bayar sekali misalnya bayar ke Jakarta Rp10.000 per kilogram, ya itu hitungannya,” katanya.
Edy menilai sistem satu tarif tersebut bisa berpotensi menurunkan biaya logistik sampai 38 persen.
Pasalnya, lanjut dia, biaya logistik menyumbang 40 persen dari biaya eceran (retail) dan 70 persennya biaya transportasi.
“Selama ini transportasi memberikan kontribusi inflasi yang sangat besar, Januari 2017 saja 11,2 persen dari transportasi,” katanya.
Untuk itu, menurut dia, untuk menekan biaya transportasi harus dibenai mulai dari pelabuhan.
“Masalahnya kita tidak ada Permen kelembagaan yang mengeksekusinya, harusnya ada satu Ditjen sendiri karena melingkupi laut, darat, udara dan kereta,” katanya.
Dalam Kepala Sub Direktorat Angkutan Laut Dalam Negeri Kemenhub Wigyo mengatakan akan diterapkan sistem satu tarif tersebut, yakni tarif tol laut dan jembatan udara.
“Tarif tol laut akan sampai ke bandara, dengan tarif yang komersil, sehingga tarifnya sangat rendah,” katanya.
Wigyo mengatakan faktor pelabuhan dalam menekan harga barang hanya 20 persen, sementara distribusi di luar pelabuhan menyumbang 70 persen.
“Dengan adanya Tol Laut dan subsidi angkutan ternak itu harga sapi memang tidak terlalu siginifikan penurunanya di pasar karena harga di Kupangnya sendiri sudah Rp90.000 per kilogram,” katanya.
Untuk itu, dia mengusulkan hal ini perlu dibuat peraturan tentang pengawasan pengiriman barang di luar pelabuhan. ant