Kualatungkal, AP – Awalnya dianggap ide orang gila, pembuatan pupuk kompos (organik) dilirik perusahaan raksasa di Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). Berbahan baku kotoran sapi dan pelepah sawit, akhirnya Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi bisa menghasilkan omset miliaran rupiah.
Pupuk organik memang dipandang lebih natural dan sehat bila dibandingkan pupuk kimia. Semakin maraknya pola tanam organik, produksi pupuk organik jadi potensi yang terbuka untuk peluang perekonomian masyarakat.
Hal ini pula yang mendorong warga Desa Dataran Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjabbar, Provinsi Jambi yang tergabung dalam Kelompok tani Mekar Jaya untuk memproduksi pupuk organik bernama Raja kompos dan Ratu Kompos.
Supari, pengurus kelompok Tani Mekar Jaya, Desa Dataran Kempas mengungkapkan, produksi pupuk organik ini awal mulanya muncul dari rasa kegelisahan masyarakat kelompok tani Mekar Jaya yang bergerak di bidang ternak Sapi secara koloni (sapi kandang).
Pengurus kelompok tani yang merasa penghasilan ternak sapi ini hanya bisa didapat dalam jangka panjang, akhirnya memutar otak mencari solusi lain agar para anggotanya yang sebagian besar petani Kelapa Sawit itu bisa memperoleh penghasilan dalam waktu jangka pendek, maka akhirnya munculah ide pembuatan produksi pupuk kompos ini.
“Kelompok tani Mekar Jaya berdiri sejak tahun 2012, anggotanya awal mula 22 orang. Kami menyadari kalau kita diternak inikan penghasilannya cukup lama, maka kami membuat usaha pupuk organik ini. Awalnya kami siap menerima konsekuensinya, katakan usaha ini gagal atau berhasil setelah 5 tahun kepada anggota. Sebenarnya kami juga tidak tahu solusi apa yang harus kami lakukan untuk menjamin dan melayani anggota kami supaya anggota yakin bahwa usaha akan berhasil,”kata Supari.
Dia menjelaskan, pekerjaan pembuatan pupuk organik ini awal mula menjadi pekerjaan yang luar biasa bagi pihaknya. Hal ini mengingat produksi pupuk yang dihasilkan merupakan barang baru yang belum tentu laku di pasaran. Namun setelah ada kerjasama dengan PT. WKS dan pihak PT. WKS pun menilai bahwa pupuk yang dihasilkan tersebut cocok untuk tanaman produksi mereka, akhirnya perusahaan raksasa di Tanjabbar yang bergerak pada tanaman industri itupun bersedia membelinya.
“Mungkin orang menganggapnya orang gila barangkali, karna kami cuma mengumpulkan pelepah sawit dan kotoran sapi. Ini kami katakan produksi ini antara hulu dengan hilir, karena apapun produknya kalau pembelinya sudah ada kan gak ragu lagi. Awalnya kan susah, mau jual produk inikan susah, petani aja mungkin gak percaya karena barang baru tetapi setelah dilakukan uji lab oleh PT. WKS bahwa kandungannya cukup ke tanaman mereka, PT. WKS pun bersedia membelinya,”sebutnya.
Di rumah produksinya, pupuk itu diolah dari bahan baku utama berupa kotoran hewan ternak sapi.
Bahan baku utama itu didapatkan dari peternak desa setempat beberapa Desa di Kecamatan Tebing Tinggi, mengingat wilayah Kecamatan Tebing Tinggi merupakan lumbung ternak sapi di Kabupaten Tanjabbar.
“Untuk bahan-bahan pupuk organik ini seumpama dalam setiap satu tonnya berupa 30 persen dari kotoran ternak, 30 persen dari abu pabrik sawit, 20 persen dari sampah kering , 20 persen hehijauan (pelepah sawit yang di haluskan), E 4 satu liter per ton dan gula pasir satu kilo persatu ton. Setiap bulannya kita bisa memproduksi 1000 ton, sejak 4 bulan ini kami mampu memproduksi banyak, itupun bertahap. Awalnya 10 ton, 50 ton, 100 ton hingga akhirnya 1000 ton perbulan,”lanjutnya.
Untuk penjualannya, diakui Supari, PT. WKS bersedia menampung 3.000 ton per bulan. Perkilogramnya perusahaan Sinar Mas Group itu membelinya dengan harga Rp. 1.135. Bila dikalkulasikan setiap bulannya, Kelompok tani Mekar Jaya mempu menghasilkan 1.000 ton kompos perbulan dengan omset 1 milliar lebih.
“Ini peluang usaha yang menjanjikan dan menjadi lapangan kerja bagi masyarakat. Peluang tenaga kerja banyak yang pengen, karena upahnya mencapai Rp 3 juta per bulan per karyawan dan juga hari minggu dan tanggal merah juga libur, pulang kerja jam 4 sore. Yang tadinya kita ajak tidak mau, sekarang berebut mau bekerja,” ulasnya.
Produksi pupuk Kompos kelompok tani Mekar Jaya, Desa Dataran Kempas ini selain bermitra dengan PT WKS, juga bermitra dengan perusahaan lain seperti PetroChina, selain itu juga bermitra dengan Bank Indonesia (BI), Universitas Jambi (UNJA) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Kita punya satu mesin kompos bantuan dari PetroChina, terus ada UNJA juga membantu selain dari rumah kompos dia juga membantu Hendtraktornya untuk mengaduk2 bahan yang tadinya dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan skop. Dan terus dari UGM juga datang membantu berupa mesin jahitnya (jahit karung) dan timbangannya,”tukas Supari.
Lebih jauh Supari menjelaskan, saat ini untuk memproduksi lebih banyak pupuk organik Raja Kompos dan Ratu Kompos pihaknya masih terkendala bahan baku kotoran sapi, selain itu dirinya berharap kedepan produksi pupuk kompos ini dapat terdistribusikan secara luas baik diwilayah jambi sendiri maupun di luar Jambi.
Terpisah, Bupati Tanjabbar Dr. Ir. H. Safrial MS mengungkapkan, dari segi bisnis produksi kompos ini sudah terpenuhi dan pangsa pasarnyapun masih luas dan menjanjikan. Sementara untuk persoalan masih minimnya bahan baku kotoran sapi, dirinya meminta dinas perkebunan untuk melakukan pengadaan bibit sapi.
“Kendalanya sekarang kotoran sapi, jadi kami minta dinas Perkebunan supaya nanti diusahakan pengadaan bibit sapi. Walaupun tidak di daerah ini mungkin ada kelompok-kelompok lain yang mungkin kita bisa nanti buat jaringan supaya bisa ngambil kotoran di sekitar sini, jangan sampai ke Tanjab Timur biaya kosnya cukup besar,” terang Bupati.
“Besok kita ingin karena ini sudah Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) termasuk bagamaina menghitung cost, berapa costnya berapa keuntungan bersih. Nah ini kita akan didik manajamen keuangan yang baik sehingga mereka bisa untung,”tutup Bupati. It