Kualatungkal, AP – Wacana pemerintah daerah Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) untuk mencukupi permintaan daging dan menekan harga daging sapi dipasaran menjelang bulan suci Ramadhan, dengan mendatangkan daging Beku ke pasar tradisional nampaknya terancam gagal.
Pasalnya, masuknya daging beku di wilayah Tanjabbar masih terkendala freezer. Dinas Koperasi Perindustrian Perdaganganan dan UMKM masih mempelajari system penyimpanan daging beku yang direncanakan masuk.
Beberapa waktu lalu, Pihak Dinas Koperindag dan UMKM berwacana akan mendatangkan daging beku. Tujuannya untuk mendukung program pemerintah pusat guna mengendalikan harga daging.
“Sebenarnya kita mendukung program pemerintah. Tetapi untuk mendatangkan daging itu kita harus tau juga cara pengelolaan dan penyimpanannya,” ungkap Syafriwan, Selasa (23/05).
Hal ini, diakuinya masih dipantau. Terutama di pasar-pasar tradisional. Sebab, sepengetahuannya di pasar tradisional tidak memiliki freezer untuk penyimpanan daging beku. Sehingga dikhawatirkan kondisi daging menjadi rusak.
“Kendala kita sebenarnya terhadap penyimpanan. Daging beku itu harus disimpan dengan suhu tertentu dan perlakuan khusus. Sementara pedagang tradisional rata-rata tidak memiliki freezer. Ini nanti akan kita sampaikan ke Provinsi,” ungkapnya.
Syafriwan sendiri mengatakan sebenarnya masyarakat Tanjab Barat tidak begitu kuat memakan daging. Konsumsi daging lebih diperuntukan bagi rumah makan, makanan olahan seperti bakso dan lainnya. Maka dari, bila terjadi gejolak harga daging masyarakat tidak begitu terdampak. Sebab, untuk saat ini saja harga daging di pasaran Kualatungkal standar Rp 140 ribu. Bila dipuncak H-1 lebaran baru akan naik menjadi Rp 150 ribu.
“Harga daging di Tanjabbar ini sudah tinggi dan stabil diharga Rp 140 ribu. Bila terjadi kenaikan biasanya H-1 lebaran. Harga itu stabil tidak turun dan tidak juga naik. Masyarakat tidak terpengaruh,” kata Syafriwan.
Tidak hanya kepada pedagang di pasar tradisional. Pihak Dinas juga akan mencari pedagang yang lebih modern. Jika memungkinkan untuk menampung daging beku.
Weni, warga Beringin Kuala Tungkal ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa jarang mengkonsumsi daging. Dikatakannya masyarakat Kuala Tungkal lebih menyukai mengkonsumsi ikan. Sebab harganya lebih terjangkau dan bisa mencari ikan yang masih segar.
“Masyarakat lebih senang mengkonsumsi ikan. Karena lebih terjangkau harganya. Kalau pun mau beli daging, tentu akan mencari daging segar,” ucapnya. her