Jambi, AP – Kota Jambi di terjang hujan lebat beberapa waktu lalu, kini menyisakan Banjir, diberbagai titik dalam kota Jambi bahkan meluber hingga ke kabupaten tetangga, ini mengakibatkan berbagai kendala di tengah-tengah masyarakat, terutama ketersedian air bersih dan listrik kerap mati.
Bencana ini juga mengakibatkan banjir di lima lokasi diantaranya, Perumahan Arwana, Yeyes Lestari dan Namura Indah yang berlokasi di Kecamatan Alam Barajo, meski sudah beberapa titik yang mengalmi penyurutan dan pengeringan namun warga masih terap waspada, mengingat cuaca yang tidak menentu, dan dikhawatirkan ujan lebat akan turun kembali.
Disayangkan, disaat kota madya terkena musibah, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jambi malah mematikan saluran airnya kesejumlah titik yang terkena bencana, ketua Forum Masyarakat Nasional (Fornas) Indonesia, Yulianto di Jambi mengatakan, “ini sangat disayangkan, warga sedang kesulitan untuk mendapatkan air bersih, PDAM malah mati, kan kasihan warga yang terkena musibah tersebut,” ujarnya.
Yulianto kembali menambahkan, ini banjir yang terhebat pertama kali saya lihat, sampai-sampai tembok lapas kelas II A Kota Jambi jebol, membuat beberapa napi kabur, “dan saya juga dengar kabar, jam 3 dini hari pengguna jalan yang hendak melintas di depan LP itu harus menerjang arus yang tingginya hamper se dada orang dewasa, kemudian menyusul di depan pom bensin kuburuan cina,” ujarnya.
Disayangkan oleh Yulianto, disuasana seperti ini tidak ada satu pun Pejabat di Kodya Jambi, yang berani angkat bicara seolah-olah tidak bertanggung jawab, apakah tidak malu pemimpin seperti itu?.
Tidak hanya disitu, salah satu pengguna akun facebook bernama, Bainal Ngah Aaee memposting tulisan yang berbunyi, “perlu di kaji kembali sumpah jabatan pegawai PDAM tirta mayang, karena skrg jg posisi pd bulan ramdhan seharusnya mereka beramal berbuat baik pd masyarakat, mereka skrg sangat2 keliru lari dari sumpah yg pernah mereka ucapkan, mereka berdosa besar, kewajiban PDAM jambi menjual Air bukan Angin, bagi masyarakat yg punya kendaraan bila bannya bocor perlu angin tentu ada tempatnya yaitu di tambal ban, perlu mereka disumpah kembali, sy bersumpah apabila bekerja tdk sesuai dgn tugas sy maka mati air mati lg nyawa ku, bila sumpah ini di terapkan tentu air tdk mati seperti skrg, slmt berpuasa…,” tulisnya.
Tidak hanya disutu, postingan beliau juga ditanggapi beberapa pengguna akun FB laianya, salah satunya, Mardianus Badri, yang mengatakan, “Lah barangin ketua Bainal Ngah Aaee… Hahahahahaha”, kemudian disusul, Wo Elpi, “Iyo nian tu pak ketua….”. tulisnya, kemudian, Tarmizi Thr, “Sabar ndan tapi jambi Banjir…. Semoga lancar pdam nya.”dan masih banyak lagi tanggapan dari pengguna FB.
Menurut Humas PDAM, tidak mengalirnya air bersih kerumah warga diwilayah Simpang Rimbo, Pattimura dan Aur duri tidak netes, hal itu dikarenakan adanya perbaikan pipa induk didekat rumah sakit jiwa.
“Sore ini akan selesai dan pelayanannya kembali normal,” paparnya, Dia minta kepada masyarakat yang terdampak untuk memberikan pengertiannya terhadap gangguan itu.
Menanggapi banjir yang melanda Kota Jambi, Ketua Perkumpulan Hijau, Feri Irawan, menyatakan bahwa ada sejumlah penyebab kenapa banjir bisa begitu mudah terjadi di saat hujan lebat berlangsung.
Menurut dia, saat ini di Kota Jambi drainase di banyak tempat sudah bermasalah. Belum lagi karena daerah resapan sudah banyak menjadi bangunan.
Persoalan sampah juga juga dinilai menjadi penyebab banjir di banyak tempat di Kota Jambi. Sudah selayaknya, kata dia, perlu diatur sedemikian rupa tata kelola persampahan dari hulu sampai ke hilir.
Selain itu, Feri menilai sinergitas antar pihak terkait juga masih kurang. “Saat ini kami melihat antar instansi juga tidak sinergis. Seharusnya ada sinergitas antara balai sungai, BLHD Kota Jambi dan instansi terkait lainnya,” ucapnya lagi.
Namun ia menilai, selayaknya saat banjir terjadi bukan malah menjadi ajang saling menyalahkan. Sudah saatnya mencari solusi atas masalah terjadi. Terutama jika dikaitkan apakah masalah ini kewenangan Pemerintah Kota Jambi ataupun Pemerintah Provinsi Jambi.
“Jangan saling menyalahi. Harus dicari solusi. Sama seperti dibangun di jalan provinsi itu kan ada taman di median jalan yang dibuat kota. Itu berarti sebenarnya pemerintah provinsi dan kota itu kan bisa senergi,” katanya.
Ke depan, kata dia, sudah selayaknya pemerintah untuk memikirkan daerah-daerah yang patut dijadikan daerah resapan. Tujuannya agar dampak banjir saat hujan terjadi bisa diminimalisasi.
“Harusnya ada salah satu kawasan yang jadi daerah resapan. Seperti di WTC, komplek Abadi, daerah Payo Selincah dulu itukan daerah resapan. Kalau itu dibangun, air mengalir kemana lagi,” ucapnya.
Manajer KKI Warsi, Rudi Syaf, juga menyatakan tak jauh berbeda. “Dari pengamatan kami, persoalan utama adalah drainase. Drainase yang kami maksudkan disini adalah saluran air. Kini kondisinya tidak tertata dengan baik. Yang harusnya jadi saluran, kini justru jadi bangunan,” ucapnya.
Lantas, apa yang perlu dilakukan ke depan? Rudi mengatakan, karena drainase adalah urusan Pemerintah Kota Jambi, sudah seharusnya persoalan itu segera dicarikan solusinya.
“Drainase itu urusannya Pemerintah Kota Jambi,” ucapnya.
“Perlu diingat, Jambi ini sama seperti daerah lain yang tumbuh secara serampangan tanpa mempertimbangkan tata ruang. Seperti di Jakarta, Palembang, dan Padang. Di sana sudah lebih duluan merasakan masalah seperti ini. Sekarang mau tidak mau kita harus konsistensi secara hukum,” pungkasnya.
“Di Jalan Pattimura itu kan drainasenya juga kecil. Di depan Lapas juga. Kenapa bisa jebol, ya karena saat hujan air masuk ke dalam. Kiri kanan banjir, sehingga ada tekanan,” katanya menambahkan.
Feri mengatakan, seharusnya drainase di Kota Jambi bisa dibuat lebih besar. Ini tak lain agar drainase mampu menampung air ketika terjadinya hujan.
“Kadang izin yang dikeluarkan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek itu. Harusnya dievaluasi kembali izin yang ada. Untuk drainase yang ada, itu harus dilancarkan. Sementara untuk Ruko, hotel, perumahan, jangan lagi dibangun di daerah resapan air,” ucapnya lagi.
Persoalan sampah juga juga dinilai menjadi penyebab banjir di banyak tempat di Kota Jambi. Sudah selayaknya, kata dia, perlu diatur sedemikian rupa tata kelola persampahan dari hulu sampai ke hilir.
“Sampah juga menjadi penyebab banjir. Untuk persampahan perlu diatur sejak dari rumah. Warga banyak main buang saja. Nah, terjadilah penyumbatan ketika dibawa oleh hujan,” tandasnya. (tim)