Jambi, AP – Pemerintah Kota Jambi bersikukuh tetap akan merobah tugu Monas/Jam yang telah menjadi ikon Ibu Kota Provinsi tersebut menjadi Tugu Kris Siginjai, kemarin Rabu (26/07) tampak kontrktor tengah berusaha merobohkan bagian bangunan tersebut dan diwarnai dengan aksi penolakan oleh warga dengan waktu yang bersamaan.
Aksi demo penolakan tersebut digelar oleh sejumlah Seniman, Aktivis dan Warga tepat di pusat kota Rabu (26/07), pukulan godam yang menghantam tugu yang dibangun Walikota Zaini Haviz pada tahun 1972-1983 bersamaan dengan kantor Walikota itu, akhirnya berhenti setelah para pendemo meneriaki.
Aksi tersebut sempat menjadi perhatian para pengendara mereka menghentikan laju kendaraan untuk meminta selebaran para pendemo. “Kami tidak menolak pembangunan Tugu Keris Siginjai. Hanya saja, jangan disini. Jangan menghancurkan Tugu ini,” orasi Eko Budyono atau dikenal Coco dee Jonhar yang menarik perhatian pengendara.
Sementara para pekerja pengerjaan proyek senilai Rp 3,5 Milyar oleh PT Delta Bumi Hatten itu, akhirnya turun dari tempat penghancuran puncak berbentuk kobaran api atau kerap disebut Monas.
Disisilain, dikutip pada laman brandanews.co.id, Selasa (25/7-2017), Direktur Central for Election Political Party (CEEP) As’ad Isma, M.Pd juga menolak perobahan tugu monas/jam kota jambi menjadi Tugu Kris Siginjai, menurutnya Tugu Monas yang berdiri sejak tahun 1984 yang tidak saja memiliki nilai historis bagi masyarakat, tetapi juga sudah merupakan sejarah dan keberadaannya sudah menjadi ikon Kota Jambi.
“Kalau Tugu Kris Siginjai toh tetap juga dibangun seharusnya tidak dibangun dengan merubah Tugu Monas itu,” kata As’ad Isma.
Semestinya, kata As’ad Isma, Walikota Jambi Sy Fasha boleh belajar dan melihat di negara lain, dimana salah satu karya pembangunan monumental itu tetap dijaga dan terus dilestarikan sehingga hal itu juga melahirkan adanya rasa penghormatan antara pemimpin sebelumnya dengan pemimpin yang sedang berkuasa sekarang.
“Lihat di negara – negara lain, pembangunan monumental yang melahirkan banyak sejarah bagi masyarakatnya tetap dijaga dan dirawat oleh pemerintah yang sedang berkuasa di negara itu. Artinya, pemimpin di negara itu menunjukan rasa penghormatan kepada pendahulunya,” terang As’ad Isma.
Kondisi ini yang sudah semestinya dijadikan contoh termasuk bagi Walikota Jambi Sy Fasha, sebab jika hal itu tetap saja dilakukan beso siapa yang memimpin Kota Jambi, Tugu Kris Siginjai bisa saja dirubah kembali menjadi Tugu Angso Duo, atau apalah namanya.
Artinya, begitulah seterusnya setiap pemimpin berganti persoalannya bukan malah menambah asset daerah tetapi justru hanya terus mengganti yang ada sesuai selera pemimpin itu sendiri. “Silahkan bangun Tugu Kris Siginjai tetapi bangunlah dilokasi yang lain tidak merubah Tugu Monas,” pinta As’ad Isma. tim