Kualatungkal, AP – Melonjaknya harga garam saat ini berimbas pada pelaku usaha industri ikan asin di Kualatungkal, Kabupaten Tanjab Barat, Provinsi Jambi. Mereka mengaku dilematis antara menjaga kualitas dan menutupi kerugian.
Salah seorang pelaku usaha industri ikan asin di Kualatungkal, Lastri menyebutkan, sejak harga garam meroket tinggi, dirinya mengurangi jumlah produksi ikan asin.
“Kalau begini terus bisa-bisa gulung tikar. Bayangkan, saat ini biaya pruduksi pembuatan ikan asin lebih tinggi dan tidak sebanding dengan harga jual di pasaran lagi,”ujar Lastri saat dibincangi wartawan, Minggu (6/8).
Lastri mengaku tidak menaikkan harga ikan asin, meski harga garam meelonjak. Mengingat, pasaran ikan asin saat ini tidak terlalu lancar.
“Jika dipaksakan untuk menaikan harga, takutnya bakal tidak laku,” keluhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Erni. Dia mengaku semejak harga garam naik, ia terpaksa membatasi pembelian garam yang berakibat pada menurunnya jumlah produksi.
“Biasanya kami membeli 6 sampai 10 sak garam untuk memproduksi ikan asin, namun karena mahalnya garam akhirnya kami hanya membeli 2 sampai 3 sak garam saja per hari,” jelasnya.
Lastri dan Erni berharap Pemerintah Kabupaten segera turun tangan untuk mengatasi kenaikan harga garam ini. Bila tidak, maka kemungkinan besar para pelaku usaha dan pedagang ikan asin terancam bangkrut dan memilih untuk tutup.
Sebagaimana diketahui, meski kenaikan harga garam dikeluhkan pengusaha ikan asin, tetapi kondisi itu juga menguntungkan bagi petani garam. Saat ini, mereka merasa terpacu memproduksi garam karena harganya cukup tinggi. her