Batanghari, AP – Harga pasaran komoditi Karet di Kabupaten Batanghari saat ini masih tergolong rendah dibandingkan Kabupaten Lainnya, hal ini dikatakan oleh Suparno, kabid perdagangan dinas koperindag Batanghari, Rabu (30/08).
“Minggu kemarin Indeks harga karet berkisar Rp 16,500 rb/kg. Namun untuk di pasar lelang harganya Rp. 8,500 rb/kg. Kalau dilihat ini stabil, namun kita tidak memungkiri harga masih rendah,” terangnya.
“Hal ini dikatakan rendah karena infonya di Kawasan Muaro Jambi itu sudah diatas Rp. 10 rb/kg,” timpalnya.
Rendahnya harga karet di tiga pasar lelang yang berada di Wilayah Penerokan, Ladang Peris, dan Simpang Rantau Gedang Kabuapten Batanghari, disebutkan oleh Suparno, dikarenakan kadar karet keringnya tidak mencapai 100%. “Harga bisa tembus sesuai indeks apabila kadar karetnya mencapai 100%, sementara untuk petani kita itu kadar keringnya hanya 50-60%. Itu yang menjadikan harganya rendah,” sebutnya.
Murahnya harga karet ini juga turut di benarkan oleh salah satu Petani di Kawasan Desa Simpang Terusan Kabupaten Batanghari, Mailaki (60) yang beberapa waktu lalu menyebutkan harga karet masih berkisar Rp. 7000/kg.
“Lah lamo pak karet ko murah. Tiga tahun ko masih murahlah, kalau orang dulu tuh nyebut getah mahal kalau sekilo tuh lah dapat satu setengah kilo beras, bahkan bisa dua kilo,” sebutnya.
“Sekarang dak dapat lagi pak,” timpalnya.
Mengenai Bibit karet replanting dari pemerintah dinilai Mailaki kurang maksimal, dirinya lebih memilih menggunakan bibit yang diolah sendiri melalui cara stek. Meskipun mengetahui adanya bibit replanting program bantuan pemerintah tersebut. Namun, dirinya menuturkan tidak mengambil bantuan tersebut.
” Untuk bibit tersebut memang sudah ada bantuan dari pemerintah, tapi ado yang ambil dan ada pula yang tidak mano yang mau bae, termasuk sayo,” Ujarnya
Sebagian masyarakat menilai, kualitas benih dari pemerintah tersebut jauh dari maksimal. sehingga ada beberapa warga yang enggan mengambil bibit tersebut.
” Kalo saya pribadi meskipun ada gratis sekalipun tidak akan mengambil, karena kita punya bibit sendiri,” Tuturnya.
Sebab dikatakan Mailaki, bibit yang mempunyai kualitas bagus merupakan sebagai penentu dari hasilnya, setelah itu baru perawatan. ” kalo benihnyo dak bagus gimano hasil mau bagus,” Terangnya.
Diakuinya, dirinya pernah mendapat bantuan serupa bibit dari pemerintah ditahun 1995, namun dari bibit tersebut hasilnya kurang memuaskan. sejak itu pula dirinya tidak mau lagi menggunakan bibit dari pemerintah dan memilih menggunakan bibit dari hasil penyetekan sendiri. ditambah dengan harga karet yang semakin turun diharga Rp 7000 perkilo. Sup