Jambi, AP – Padat dan beratnya beban jalan Jambi ke Kabupaten Batanghari yang melintasi Kabupaten Muarojambi, yakni dari perbatasan Kota Jambi menuju Universitas Jambi di Mendalo ke Pijoan, Kabupaten Muarojambi hingga ke Muarabulian, Kabupaten Batanghari dinilai sudah tidak wajar lagi untuk lima hingga enam tahun mendatang.
Persoalan jalan ini, membuat mantan Bupati Tanjung Jabung Barat dua periode Drs. H. Usman Ermulan, MM angkat bicara. Dia menilai sudah seharusnya Pemerintah Provinsi Jambi memikirkan untuk mencari jalan alternatif.
“Lihat saja, jalur dari Kabupaten Muarabulian-Pijoan-Mendalo di Kabupaten Muarojambi hingga mengarah ke Kota Jambi semakin padat, banyak dilalui mobil CPO, Bus termasuk kendaraan masyarakat, mahasiswa melalaui jalur itu sehingga sering menimbulkan kemacetan,” ungkapnya pada akhir pekan ini di kawasan Pasar, Kota Jambi.
Menurutnya, bila ini dibiarkan dan belum ada jalur alternatif, masyarakat yang tinggal di Kabupaten Batanghari, Sarolangun yang ingin ke luar kota melalui Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi akan terganggu.
Karena itu, Usman Ermulan mendorong Pemerintah Provinsi Jambi bisa membuat jalan alternatif baru untuk mengurai kemacetan akibat padatnya kendaraan saat ini.
Pasalnya, jumlah kendaraan setiap tahunnya selalu bertambah, sementara pertambahan jalan nyaris tidak ada.
Sebagai saran jalan alternatif, lanjutnya, dari Bulian-Nes-Sungai Bertam langsung tembus ke Bandara Sultan Thaha Jambi.
Dalam pandangannya, tidak ada lagi jalur alternatif lainnya yang bisa memangkas waktu dan bisa mengurangi kemacetan. Karena itu jalur satu-satunya yang ada.
“Kita harus berpikir bagaimana Jambi ini, 7-10 tahun mendatang. Sekarang saja kita sudah merasakan kemacetan. Mahasiswa saja yang ingin kuliah di Unja dan IAIN Mendalo harus terjebak macet hingga lebih setengah jam,” kata Usman.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, harus ada pemecahan masalah, jangan lagi mengandalkan jalan Pijoan-Mendalo.
“Gubernur Jambi harus mampu beri win-win solution. Gubernur bisa saja koordinasi dengan Bupati Muarojambi untuk mengarahkan pembangunan infrastruktur, membuat anggaran jalannya melalui rakor bupati dan musrembang,” tutur salah satu tokoh masyarakat Jambi ini.
Bagi Usman, seorang pemimpin harus memiliki konsep dan pemikiran luas serta ide kreatif. “Bila kurang pendanaan, bisa minta bantuan pusat ke Menteri PUPR. Yang sudah ada biarkan sistem yang bekerja.” Imbuhnya.
Menurut hematnya, jalan sudah ada dari Bulian-Nes-Sungai Bertam, tinggal diperlebar lagi agar bisa menembus lurus ke Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi.
“Kondisi lahan masyarakat di sana masih cukup murah. Justru dengan pelebaran jalan, masyarakat akan diuntungkan. Terkait pembebasan lahan, biar pemerintah yang mengaturnya,” tegas Usman lagi.
Dalam kesempatan ini, Usman juga mendorong Pemerintah Provinsi Jambi bisa merealisasikan dari sekarang.
“Harus ada konsep dari sekarang untuk mencari jalan alternatif lain menuju air port. Selain itu, lahan milik pemda masih luas,” pungkasnya.
Sependapat dengan Usman Ermulan, salah satu alumni IAIN Sultan Thaha Jambi, Udin mengaku sering terlambat bila pergi kuliah.
“Saya tinggal di Kota Jambi, bila pergi atau pulang kuliah banyak mobil besar yang melintas baik dari Pijoan maupun dari Kota Jambi,” keluhnya.
Terkadang, akibat padatnya jalur tersebut menuju lokasi perkuliahannya, sering kali terlambat. “Kadang terjebak macet bang. Akibatnya, sering terlambat datang ke tempat kuliah,” ujar Udin.