Jambi, AP – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi memetakan daerah rawan bencana banjir dan longsor mengingat saat ini provinsi itu memasuki musim hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Bachyuni Deslianyah di Jambi, Kamis (09/11), mengatakan, pemetaan daerah rawan bencana dilakukan agar petugas mudah melakukan penanganan pra dan pascabencana.
Bachyuni mengaku sudah memanggil semua kepala BPBD kabupaten/kota untuk melakukan pemetaan kembali sebab peta rawan bencana yang ada dilakukan pada tahun 2011 lalu.
“Jadi itu tidak bisa jadi pedoman lagi, makanya kita minta kabupaten/kota memetakan kembali daerah-daerah yang berpotensi terdampak bencana banjir dan longsor,” katanya.
Namun, menurut dia, Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batanghari, tetap menjadi daerah yang rawan banjir ketika musim hujan terjadi. Pada 2016 sebanyak 350 desa menjadi lokasi bencana banjir.
Pemetaan ini dilakukan terkait dengan dampak pembangunan-pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Seperti pembangunan bronjong dan turap untuk meminimalisir bencana banjir dan longsor.
Di Jambi ada tiga jenis banjir yang berpotensi terjadi. Pertama banjir bandang yang berpotensi terjadi di wilayah barat Jambi, yakni Kabupaten Merangin Sarolangun, Kerinci dan Bungo.
Kemudian banjir genangan yang berpotensi terjadi di Kabupaten Tebo, Batanghari, Muarojambi dan Kota Jambi.
Terakhir banjir rob yang berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur.
Bachyuni menambahkan, Pemprov Jambi baru bisa menetapkan siaga darurat banjir apabila debit air Sungai Batanghari telah mencapai ketinggian 13,5 meter.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jambi, Nurangesti mengatakan dari prediksi global terindikasi adanya potensi la-nina lemah yang berpotensi penambahan curah hujan.
“Dengan demikian Jambi pada November hingga Desember berpotensi hujan, mulai dari ringan hingga lebat,” kata Nurangesti. ant