Muarasabak, AP – Angka penyakit stroke di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), sejak Dua bulan terakhir (Septembet – Oktober), tercatat sebanyak 15 kasus. Salah satu penyebabnya, masyarakat masih kerap mengabaikan pengendalian tekanan darah tinggi atau hipertensi yang merupakan faktor risiko yang mendominasi kejadian stroke.
Menurut Direktur RSUD Nurdin Hamzah, dr. Nasrul mengatakan, penyakit tidak menular di Tanjabtim, yaitu stroke umumnya terjadi karena faktor risiko hipertensi yang tak dikendalikan. Pembuluh darah di otak pecah sehingga terjadi stroke.
Sayangnya, lanjut Nasrul, sejak 2 bulan terakhir penderita hipertensi cenderung tak peduli dengan kondisi tekanan darahnya, karena hipertensi tak menimbulkan gejala. Padahal, dengan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama pengecekan tekanan darah, hipertensi bisa terkontrol sehingga tak memicu stroke.
Sebenarnya harga obat anti hipertensi murah dan bisa diperoleh di Puskesmas. “Banyak kok, mereka yang hipertensi tetap bisa menikmati aktivitasnya karena pandai mengatur diri dan teratur mengonsumsi obat,” jelasnya.
Dia menerangkan, stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal ataupun global muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan gangguan peredaran darah otak nontraumatik. Gejala itu menimbulkan kelumpuhan wajah dan anggota badan, bicara tak lancar dan gangguan penglihatan,” sebutnya.
Menurut data Riset dalam dua bulan belakangan ini, sudah mencapai sekitar 15 orang pasien stroke yang menjalani pengobatan, dari stroke ringan sedang dan stroke tinggat tinggi yang sudah tidak bisa apa apa/lumpuh dan satu diantaranya meninggal dunian.
“Kita akan adakan sosialisasi di setiap Puskesmas kecamatan dan Desa, agar masyarakat tidak lalai dalam menjaga kesehatan dan sering sering kontrol tensi darah,” tukasnya. fni