Jambi, AP — Sebelum tahun 1960-an, pada masa itu masyarakat Jambi belum mengenal yang namanya pasar tradisonal Angso Duo yang saat ini menjadi polemik soal pemindahan agen dan sub agen oleh pemerintah Kota Jambi.
Angso duo yang saat ini kita kenal sebagai pasar induk tradisional dan menjadi sentra pasar di Provinsi Jambi itu, sebelumnya pada tahun 60-an masyarakat jambi melakukan transaksi jual beli dilos batu atau saat ini lebih dikenal kawasan mega dan gang siku.
Dinamakannya los batu tersebut Dasril ahli sejarah Jambi mengatakan, pada saat itu ada pedagang yang menjual minuman kopi menggelar dagangannya diatas meja batu, sehingga kawasan tersebut pada masa itu lebih penomenal dengan sebutan los batu.
“Nah dulunya gang jalan didepan los batu tembus ke depan masjid raya mangat sari, dengan adanya pedagang kopi menggunakan meja batu maka dinamakanlah los batu,” kenangnya, saat dijumpai diakhir pekan ini.
Kemudian, tidak jauh dari los batu terdapat gang jalan yang menghubungkan ke gang siku, pada masa itu gang siku juga merupakan tempat keramaian dan sebagai lokasi transaksi jual beli rakyat hingga saat ini.
Sejarah dinamakannya gang siku tersebut, lelaki paru baya itu menjelaskan secara rinci, bahwa pada masa itu dengan kondisi yang sempit sehingga tak pelak membuat antara pengunjung saling bersentuhan antara siku dengan siku yang lainnya.
“Disitu juga berdiri pasar panggung dengan rekontruksi dari kayu, karna dikawasan tersebut terdapat rawa sehingga pasarnya dibanggun diatas panggung dengan luasan bangunan 3 meter, dan dibagi menjadi bagian tengah untuk jalan kaki, 1.5 meter sisi kiri dan kanan untuk berdagang, maka tak jarang antara pengunjung bersentuhan siku,” ujar Dasril secara rinci.
Seiring dengan perkembangan Zaman, maka diceritakannya antara tahun 63 dan 64 pada masa kepemimpinan Yusuf Singadekane maka dikawasan pinggir sungai Batanghari terjadilah perluasan pembangunan dengan menimbunkan tanah agar tidak tenggelam mulai dari bangunan WTC hingga Angso duo saat ini.
Maka pada saat itu kawasan tersebut pada masanya lebih juga dikenal tanah timbun dan pelabuhan bom batu serta bom rakit sebelum dikenal pada saat ini sebagai WTC dan Angso Duo.
“Setelah tanah timbun itu sudah ada, maka para pedagang yang ada dilos batu dan gang siku dipindahkan ketanah timbun itu atau yang dikenal saat ini angso duo,” paparnya.
Alasannya dipilih bangunan pasar dipinggir sungai, menurutnya agar lebih memudahkan para pedagang membawa barang yang akan dijual, pada saat itu salah satunya transportasi yang ekonomis adalah jalur transportasi air.
“Sehingga tanah timbun atau yang saat ini dikenal dengan sebutan angso duo berbagai pedagang dari wilayah pun datang, seperti dari daerah tungkal, kampung laut dan sebagainya”. Paparnya
Seiring zaman pun maka berubahlah nama pasar tersebut dengan nama pasar angso duo. Sedangkan Angso Duo merupakan sejarah dari berdirinya Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi. (Budi)