Muarojambi, AP – Warga desa yang tergabung dalam kelompok pembudi daya ikan (Pokdakan) Mina Jaya di Desa Sumber Agung, Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, memanfaatkan kanal perkebunan kelapa sawit untuk budi daya perikanan.
“Di desa ini banyak kanal, kemudian masyarakat memanfaatkan secara baik setelah kami berbagi dan memberi solusi agar kanal bisa dimanfaatkan untuk budi daya, dan ikan-ikan bisa beradaptasi,” kata Fasilitator Desa Mandiri Cegah Api (DMCA) di Desa Sumber Agung, Eko di Muarojambi, Kamis (05/04).
Awalnya kata Eko, kelompok pembudi daya ikan Mina Jaya itu secara swadaya menjadikan kanal-kanal di perkebunan kelapa sawit mereka menjadi lokasi budidaya ikan jenis lele dan patin untuk menambah perekonomian mereka Masyarakat saat itu berpikir bagaimana dapat meningkatkan sumber perekonomian baru dari perkebunan kelapa sawit yang hasil dan harganya terus menurun (trek), yaitu dengan memanfaatkan budidaya perikanan dan lahan kosong di sekeliling dimanfaatkan untuk tanaman holtikultura.
Dalam proses budi daya perikanan dari kanal perkebunan itu, mereka memanfaatkan kanal sepanjang sekitar 30 meter yang kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dengan pemisah jaring.
Selain itu, air dari kanal budidaya perikanan tersebut juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman holtikultura seperti cabai, terung dan tanaman holtikultura lainnya agar menjadi lebih subur.
“Sekarang Pokdakan Mina Jaya sudah ada anggotanya sebanyak 14 orang, dan setiap dua bulan sekali panen ikan, sehingga saat ini perekonomian masyarakat cepat berputar,” kata Eko.
Desa Sumber Agung menjadi salah satu desa binaan dari salah satu industri perusahaan kelapa sawit di daerah itu melalui program Desa Mandiri Cegah Api (DMCA) dengan fasilitator pendamping dari Universitas Jambi.
Pihak kelompok pembudi daya ikan tersebut berharap agar perusahaan dan pemerintah terus memberikan perhatian dan bantuan agar budi daya perikanan tersebut dapat bertahan dan bahkan bertambah banyak.
“Tentu masyarakat berharap mendapat perhatian agar mereka memiliki sumber perekonomian baru selain dari kelapa sawit,” kata Eko.
Sementara itu, Kepala Desa Sumber Agung, Suharto, mengatakan sebagian besar masyarakat di desa tersebut awalnya datang dari program transmigrasi era orde baru atau sekitar tahun 1990.
“Jumlah penduduknya saat ini lebih dari seribu kepala keluarga, dan sebagian besar juga sumber perekonomiannya berasal dari perkebunan kelapa sawit,” kata Suharto. ant