Kualatungkal, AP – Warung prostitusi di areal kebun, Desa Rawang Kempas, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), menuai protes dari warga setempat.
Suara riuh di malam hari mengusik kenyamanan warga. Merasa terganggu warga mengadu ke Pemkab Tanjabbar atas keberadaan warung yang diduga menjadi sarang prostitusi itu.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanjabbar mengerahkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) turun ke lokasi melakukan penutupan, Rabu pekan kemarin. Hasilnya, lima warung remang-remang di Kebun Kosong, Desa Rawang Kempas, Kecamatan Batang Asam disegel. Petugas juga melakukan pembakaran kasur di lokasi.
Penutupan paksa ini, merupakan tindak lanjut dari perjanjian antara pemilik dengan satuan penegak perda yang dibuat pada Desember 2017 silam.
Dibawah komando Kasat Pol PP Syamsul Jauhari disaksikan puluhan warga, satu persatu jendela dan pintu kamar yang sengaja disediakan oleh pemilik usaha dibongkar paksa oleh anggota menggunakan linggis dan godam.
Setelah dibongkar, jendela dan pintu pun langsung di bakar. Tidak hanya itu, puluhan kasur dan selimut yang ditemukan dalam kamar turut dibakar.
“Sengaja kita bakar, supaya tidak bisa di gunakan lagi,” terang Syamsul Jauhari kepada awak media.
Namun sayangnya tidak ada satupun pekerja di warung remang-remang itu yang berhasil diamankan petugas. Informasi yang diperoleh, para PSK telah pulang lebih dulu ke kampung masing-masing.
Pada saat pembongkaran sendiri lanjut Kasat tidak ada perlawanan dari pemilik warung karena sudah ada kesepakatan untuk menutup warung tersebut.
“Bersama tim gabungan, Pol PP, POLRI dan Kodim, tidak ada perlawanan dari pemilik warung namun para pekerjanya memang sudah tidak ada di tempat. Padahal kita ingin memberikan sosialisasi kepada mereka, kebetulan ada Dinas Sosial yang akan membantu jika ada dari para pekerja tersebut ingin pulang ke daerahnya atau ingin dibina di Panti,” imbuhnya.
Ia juga menghimbau kepada warga masyarakat sekitar akan terus memantau daerahnya dari aktivitas warung remang-remang sehingga masyarakat bisa aman dan tidak terganggu dari kegiatan tersebut.
“Terlihat tadi masyarakat di sana senang melihat kita membongkar aktivitas warung remang-remang tersebut saya juga berpesan kepada masyarakat agar terus memantau situasi apa lagi sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan,” tutupnya.
Menanggapi pembongkaran warung esek-esek ini, warga pun merasa girang. Tika, salah seorang warga RT 04 yang turut menyaksikan pembongkaran mengaku sangat senang atas penutupan tempat tersebut.
“Jelas kami sangat senang. Karena aktivitas mereka (pemilik warem,red) sangat mengganggu ketenangan warga,” ungkapnya yang juga di amini warga lainnya.
Terpisah, Martius Ginting pemilik salah satu warung remang ini meminta petugas tidak melakukan pembongkaran. Karena akan dijadikan tempat tinggal.
“Tolong jangan di bongkar Pak. Bangunan ini akan saya buat sebagai tempat tinggal. Saya janji, tidak akan buka usaha yang gituan lagi,” pintanya.
Sama halnya dengan Martius, Siti Nurbaya, yang juga pemilik warem meminta petugas tidak membongkar bangunan miliknya.
“Saya akan bongkar sendiri saja pak. Karena bahannya akan saya gunakan buat yang lain,” harapnya sembari mengaku sudah tiga bulan menutup tempat usahanya.
Kepada awak media, Ibu dari tiga orang anak ini,menyebutkan bahwa para pekerja sek komersil sudah pada pulang ke kampung masing-masing. (mg/it)