Jakarta, AP – Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama antar Agama Din Syamsudin mengatakan Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) ke-7 mendorong kolaborasi multilevel dan multietnis untuk solusi peradaban dunia yang lebih baik.
“Bobot dari acara ini cukup tinggi karena dihadiri tokoh ‘peace makers dan peace activists’ dari berbagai belahan dunia. Ini lebih dari sekadar dialog antarkeyakinan, antartokoh. Ini menunjukkan kolaborasi yang multilevel dan multietnis,” ujar Din dalam konferensi pers, Jakarta, Senin, (13/08).
Indonesia akan menyelenggarakan Forum Perdamaian Dunia ke-7 yang akan berlangsung di Jakarta pada 14-16 Agustus 2018 dan mengangkat tema “the Middle Path for the New World Civilization” (Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia yang Baru).
WPF ini bersama-sama diselenggarakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Pusat Dialog dan Kerjasama Antar Peradaban (CDCC) Indonesia, dan the Cheng Ho Multi-Cultural and Education Trust of Malaysia.
Din mengatakan WPF telah diselenggarakan sejak 2006 untuk memberikan jalan bagi pembuat kebijakan, pemimpin agama, intelektual, aktivis perdamaian, dan tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai kebangsaan yang saling bertukar pandangan dan pengalaman untuk mengadvokasi penguatan aspek fundamental perdamaian dunia melalui visi yang mencerahkan.
Acara dua tahunan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka tersebut menunjukkan komitmen tinggi untuk mempromosikan dunia yang damai bagi seluruh umat manusia.
Din menuturkan forum itu juga akan menanggapi situasi saat ini di mana krisis peradaban sedang terjadi di banyak bagian dunia.
Krisis peradaban telah menciptakan banyak masalah seperti perubahan iklim, kerawanan pangan, kelangkaan energi, bencana alam, perang, dan ekonomi serta krisis keuangan.
Hal itu, kata Din, juga mendorong munculnya sekularisme, dan ekstremisme, yang menjadi ideologi yang didominasi dunia dan lebih buruk, pada saat yang sama dunia juga mengalami gangguan dari global ke lokal, dari konflik etnis hingga perang.
Din menuturkan dunia membutuhkan pendekatan baru untuk mempromosikan perdamaian dunia, yaitu Jalan Tengah.
Pendekatan Jalan Tengah tersebut menempatkan etika dan moralitas sebagai titik pandang dasar dan karakter dasarnya.
“Kita berharap ikut menyebarkan, mengalirkan energi ke dunia dan ini adalah konstribusi kita dari Indonesia,” tuturnya. ant