Jambi, AP – Sebanyak 19 titik panas (hotspot) terpantau sensor modis satelit terra-aqua dan Suomi NPP Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi update, Kamis pukul 05.00 WIB dengan tingkat kepercayaan terjadinya kebakaran (confident) mencapai 100 persen.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi, Kurnia Ningsih mengatakan, 19 titik panas itu terdapat di Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Muarojambi.
Di kabupaten Batanghari terdeteksi dua titik, dua titik di Kabupaten Tanjungjabung Timur dan satu titik di Tanjungjabung Barat. Sementara di Kabupaten Muarojambi terbanyak yakni 14 titik.
Dikatakannya, sebanyak 14 titik panas di Kabupaten Muarojambi yang kesemuanya berada di Kecamatan Kumpeh itu, lima titik diantaranya dengan tingkat kepercayaan terjadi kebakaran mencapai 100 persen. Sisanya 59 hingga 95 persen.
Kemudian di Kabupaten Batanghari, dua titik panas terdeteksi tepatnya di Kecamatan Bajubang dengan tingkat kepercayaan terjadinya kebakaran 74 dan 79 persen.
Selanjutnya, di Kabupaten Tanjungjabung Timur, dua titik terdeteksi di Kecamatan Mendahara Ulu dengan tingkat kepercayaan 51 dan 71 persen.
Sementara di Kabupaten Tanjungjabung Barat terdeteksi satu titik tepatnta di Kecamatan Batangasam dengan tingkat kepercayaan 69 persen.
Kurnia mengatakan, untuk wilayah Sumatera, data pada 23 Agustus 2018, Jambi terbanyak titik panas, disusul Sumatera Selatan 15 titik, Kepulauan Bangka Belitung 12 titik, Riau delapan titik dan Bengkulu satu titik.
Sebelumnya Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jambi, Fachrori Umar usai memantau langsung kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melalui udara meminta seluruh masyarakat Jambi untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap Karhutla yang saat ini sudah mulai terjadi.
“Kita harus lebih waspada lagi terhadap Karhutla ini, apalagi sekarang mulai memasuki musim panas dan di beberapa titik juga telah terjadi Karhutla. Inilah yang menjadi penyebab kabut asap dan berdampak negatif bagi masyarakat Jambi, salah satunya adalah pencemaran udara yang mengakibatkan terganggunya pernapasan,” kata Fachrori.
Menurut dia, salah satu penyebab dari terjadinya Karhutla adalah ulah manusia yang sengaja membakar untuk membuka lahan atau membuang puntung rokok sembarangan yang dalam keadaan menyala.
Fachrori mengharapkan Tim Satgas Karhutla Provinsi Jambi untuk lebih siaga dalam melakukan penanggulangan Karhutla, karena pada saat dirinya melakukan patroli udara sudah terlihat beberapa titik api yang mengakibatkan asap tebal. ant