Batanghari, AP – Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi menemukan 57 kasus rubella di daerah itu selama 2017 hingga Agustus 2018.
“Kasus tersebut terdeteksi saat ibu dan anaknya memeriksakan diri ke rumah sakit, tentu masih ada lagi di luar sana yang tidak terdeteksi pihak kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari dr Elfi Yennie, Rabu (05/09).
Elfie mengatakan penyakit rubella tersebut dapat diketahui dari hasil pengecekan Toxoplasma Rubella Cytomegalo Virus Herpes simplex (TORCH).
Kasus-kasus rubella yang terdapat di daerah itu diketahui terjadi diantaranya wanita yang sering keguguran, ibu hamil, orang yang tidak memiliki anak dan bayi yang lahir cacat.
Untuk wanita yang terserang virus tersebut sebenarnya dapat di sembuhkan melalui pembersihan virus yang dilakukan selama enam bulan. Namun masa pembersihan tersebut tergantung seberapa berat jenis inveksi yang di alami. Dan setelah dinyatakan bersih barulah wanita yang bersangkutan diperbolehkan untuk hamil.
Virus rubella tersebut sangat berbahaya, selain dapat menimbulkan kecacatan, juga dapat menyebabkan kematian. Terlebih jika menyerang ibu hamil.
“Jika ibu hamil terserang virus tersebut, anak yang dikandung dapat terlahir cacat bahkan beresiko meninggal dunia,” ujarnya.
Berdasarkan pengecekan TORCH, di daerah itu terdapat dua bayi yang dilahirkan cacat akibat sang ibu terserang virus rubella. Satu diantaranya meninggal dunia.
Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Hamba Muarabulian, dr Rudy membenarkan bahwa ada bayi yang meninggal dunia akibat terserang virus rubella.
“Baru beberapa bulan terakhir kejadiannya, bayi tersebut terlahir dalam keadaan cacat dan fisik yang lemah akibat sang ibu terserang virus rubella,” kata dr Rudy.
Bayi yang meninggal tersebut sempat di rujuk ke rumah sakit Raden Mattaher Jambi dan mendapatkan perawatan secara intensif dari pihak rumah sakit. Namun karena kondisinya yang lemah, bayi tersebut tidak mampu bertahan. sup