Jakarta, AP – Pemetaan daerah rawan gempa terutama yang berada di sekitar patahan pergerakan lempeng bumi perlu untuk segera dilakukan agar dapat menjadi langkah awal pencegahan pembangunan kawasan hunian di daerah rawan seperti itu.
“Perlu ada kajian dari ahli-ahli geologi,”kata Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarief Burhanuddin di Jakarta, Selasa, (2/10).
Hal tersebut, lanjutnya, agar tidak ada lagi permukiman atau tempat tinggal masyarakat yang dibangun di daerah patahan yang rentan terkena dampak gempa.
Sebagaimana diketahui, terdapat sejumlah permukiman yang luluh lantak di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah tersebut.
Syarief menyebutkan ada sejumlah permukiman yang saat ini masih dipenuhi puing-puing reruntuhan dan masih belum bisa dilakukan evakuasi dengan memadai karena kekurangan alat berat.
Sebagaimana diwartakan, berdasarkan posisi dan kedalaman pusat gempa bumi maka kejadian tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah barat laut – tenggara.
Data dari Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (29/9) menyebutkan tim tanggap darurat bencana diberangkatkan untuk memantau langsung kondisi setelah gempa.
Dilihat dari kondisi geologi sekitar, goncangan gempa bumi telah melanda daerah Kabupaten Donggala. Wilayah di sekitar pusat gempa bumi pada umumnya disusun oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier dan Kuarter.
Batuan berumur pra Tersier dan Tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan. Batuan berumur pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek goncangan gempa, sehingga rawan terhadap goncangan gempa. ant