Batanghari, AP – Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, dalam beberapa tahun terakhir menemukan 58 kasus penderita penyakit kaki gajah atau filariasis dan tengah dilakukan upaya pengobatan agar penyakit tersebut tidak menular kembali.
“Saat ini pemerintah kabupaten melalui dinas kesehatan sedang berupaya maksimal untuk melakukan pencegahan penularannya melalui pengobatan terhadap para korban kaki gajah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, dr Elvi Yennie, Sabtu (27/10).
Ke-58 orang yang mengidap penyakit filariasis tersebut tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Batanghari, yakni 55 orang di Kecamatan Pemayung dan tiga orang di Kecamatan Batin XXIV.
Saat ini para penderita penyakit filariasis tersebut sudah ditangani dinas kesehatan daerah itu dan berada dalam perawatan pihak keluarga.
“Kondisi para pengidap penyakit filariasis tersebut terus dipantau oleh pihak puskesmas terdekat dan mereka diharapkan penyakit tersebut tidak menular lagi,” kata Elvi.
Kabupaten Batanghari sedang melakukan upaya pengobatan dengan pencegahan menuju eliminasi penyakit kaki gajah atau filariasis di beberapa daerah di kabupaten tersebut.
Saat ini Kabupaten Batanghari menuju tahapan “eleminiasi filariasis” setelah beberapa waktu lalu dinas kesehatan melaksanakan tahap Tas 1.
Dari tahun 2011 sampai dengan 2015 Kabupaten Batanghari melaksanakan pengobatan masal filariasis atau kaki gajah. Dalam pengobatan masal tersebut masyarakat di daerah itu diberikan obat cacing Abindazol dan DEC secara gratis.
Setelah dilakukan pengobatan masal selama lima tahun terhadap filariasis tersebut. Daerah itu bersama tim dari kementerian kesehatan melaksanakan evaluasi kembali, yakni evaluasi itu merupakan survei yang dilakukan untuk mengevaluasi terhadap pemberian obat filariasis secara masal itu dinyatakan berhasil atau tidak.
Pada pelaksanaan evaluasi atau ‘pre-Tas’, daerah yang melaksanakannya di wilayah Puskesmas Jembatan Mas dan Puskesmas Durian Luncuk. Jika Micro Filarirate (MF) menunjuk angka di bawah satu persen, maka dinyatakan lulus dan akan dilanjutkan pada tahapan eleminasi selanjutnya.
Pelaksanaan pre-Tas di dua kecamatan daerah itu menunjukkan nilai MF dibawah satu persen. Sehingga daerah itu melanjutkan tahapan eleminasi “Transmission Assesment Survey” (TAS) 1.
Untuk TAS 1 juga telah dilaksanakan. Pada tahapan eliminasi TAS 1 juga dinyatakan lulus.
Pada tahapan TAS 1, daerah itu melaksanakannya di 33 Sekolah Dasar (SD) di daerah itu. Dengan sasaran 1.745 siswa dari kelas 1 dan siswa kelas 2 SD. Pada pelaksanaannya, sistem penilaian yang digunakan yakni ‘cut of point’ yang artinya minimal ditemukannya siswa yang positif anti bodi micro filaria sebanyak 18 orang. Jika terdapat lebih dari 18 siswa maka dinyatakan tidak lulus.
Sementara pada pelaksanaan TAS 1 yang dilakukan dinas kesehatan setempat terdapat lima siswa yang positif mengandung anti bodi micro filaria. Sehingga pelaksanaan TAS 1 yang dilakukan tersebut dinyatakan lulus.
Untuk siswa yang dinyatakan positif mengandung anti bodi micro filaria selanjutnya akan diberikan pengobatan dengan diberikan obat cacing.
“Meski dari hasil TAS 1 yang dilakukan lulus, namun kita saat ini masih menunggu hasil ‘cros cek’ yang dilakukan kementrian kesehatan,” kata dr Elvi.
Selanjutnya, daerah itu akan melaksanakan tahapan TAS 2 pada eliminasi filariasis. Pelaksanaan TAS 2 tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu dua tahun kedepan. sup