Jakarta, AP – Pesawat tipe B-737-8 MAX dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir mengangkut 188 penumpang yang diantaranya, 7 kru termasuk pilot, dua bayi dan 179 orang penumpang, di Pangkal Pinang hilang kontak saat diatas perairan Karawang.
Pesawat dengan nomor registrasi PK LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S – 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.10 WIB. Pilot sempat meminta kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kepala otoritas Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Bagus Sunjoyo membenarkan bahwa pilot pesawat Lion Air meminta kembali ke bandara pascalepas landas.
“Memang benar, pilot meminta kembali ke Bandara Soekarno Hatta setelah lepas landas,” kata Bagus dalam keterangannya di Bandara Soekarno-Hatta, Senin.
Namun demikian, Bagus belum bisa memberikan keterangan secara spesifik mengenai alasan pilot tersebut meminta kembali.
Ia menjelaskan, semua rutenya sudah sesuai yang dilalui oleh pesawat tersebut hingga akhirnya hilang kontak dan ditemui di perairan di Karawang.
Begitu juga dengan mesin pesawat yang diketahui tak ada masalah apapun sebab semuanya sudah melalui proses pemeriksaan.
Saat ini, proses evakuasi masih berlanjut dan menunggu proses seluruhnya selesai dan akan disampaikan info lanjutan.
Pihak Bandara Soekarno-Hatta telah menyampaikan informasi mengenai call center terkait peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air.
Ari Budiastuti, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Jambi (FE Unja) angkatan 89, tercatat sebagai salah seorang penumpang pesawat Lion Air JT-610 yang terjatuh di perairan Jawa Barat (Jabar), Senin (29/10) pagi tadi.
Ari Budiastuti merupakan salah satu dari 12 pegawai Kementerian Keuangan yang ikut dalam penerbangan tersebut. Dia baru saja dimutasi ke kantor Pajak Pangkal Pinang per 1 Oktober 2018 lalu.
Suryo Aji Pronoto, mantan rekan kerja Ari Budiastuti yang juga alumni FE Unja, membenarkan jika Ari Budiastuti merupakan salah seorang penumpang sebagaimana yang dirilis oleh pihak kementerian.
“Iya, dia salah satu dari 12 pegawai Kantor Pajak. Ari itu dulu pernah sekantor dengan saya, dan per 1 Oktober lalu dia dimutasi ke Pangkal Pinang,” kata Suryo Aji yang dikonfirmasi via ponselnya.
Dengan kejadian ini, Suryo Aji berharap semua yang terbaik bagi Ari. “Saya berharap semua yang terbaik. Jika ditemukan dalam keadaan meninggal, semoga khusnul khotimah. Semua ini adalah takdir tuhan semoga khusnul khotimah,” ujar Suryo Aji, alumni FE Unja angkatan 86.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan pesawat membawa 189 orang. “178 dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi, 2 pilot, dan 6 awak kabin,” kata Soerjanto dalam jumpa pers Basarnas dan KNKT, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Petugas Pertamina yang berada di anjungan kapal melihat jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Tanjung, Karawang.
“Petugas kami ada yang melaporkan, melihat pesawat jatuh. Tapi untuk detailnya, belum diketahui secara pasti,” kata Humas Pertamina wilayah Karawang Rifki Sukarya, saat dihubungi di Karawang.
Pencarian korban dan bangkai pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang Jawa Barat akan dilakukan dalam 24 jam.
“Pencarian 24 jam diprioritaskan dengan peralatan seperti KRI Rigel, dengan kapal BPPT 24 jam, terus tidak berhenti selama 24 jam,” kata Direktur Operasi dan Latihan Basarnas, Brigadir Jenderal Marinir Bambang Suryo Aji dalam konferensi pers di kantor Basarnas Jakarta.
Suryo mengatakan, saat ini titik lokasi bangkai pesawat masih belum ditemukan sehingga pencarian difokuskan untuk menentukan lokasi tenggelamnya pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 tersebut.
Basarnas saat ini mengerahkan tim penyelam Basarnas Special Group sebanyak 40 personil yang akan mencari korban dengan kedalaman laut 30-35 meter.
Area pencarian difokuskan pada wilayah 150 mil laut dari koordinat jatuhnya pesawat.
Untuk proses evakuasi di malam hari diprioritaskan menggunakan KRI Rigel 933 yang merupakan Kapal Bantu Hidro-Oseanografi untuk mendeteksi bangkai pesawat di dalam laut.
Selain itu, pencarian juga akan dibantu dengan kapal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki teknologi seperti sonar maupun remotely operated vehicles (ROV) seperti yang digunakan pada KRI Rigel 933.
Untuk saat ini Basarnas baru menemukan potongan bagian pesawat dan potongan tubuh korban yang terlihat mengapung di permukaan laut.
Potongan tubuh korban tersebut dibawa dalam enam kantong jenazah yang kemudian dikirimkan ke RS Polri Kramat Jati Jakarta.
Badan SAR Nasional memprediksi banyak korban masih berada di dalam pesawat Lion Air JT610 tujuan Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di perairan Karawang Jawa Barat.
“Saya perkirakan banyak korban yang masih di dalam pesawat,” kata Direktur Operasional dan Latihan Basarnas Birgadir Jenderal Marinir Bambamg Suryo Aji di kantor Basarnas Jakarta.
Dia menduga hal tersebut dikarenakan proses pencarian yang dilakukan sejak pagi hingga sore hari di sekitar titik lokasi jatuhnya pesawat hanya menemukan beberapa potongan puing pesawat dan sejumlah potongan tubuh korban yang mengapung di permukaan air.
“Oleh karenanya Basarnas harus segera mencari posisi kapal tersebut untuk dilaksanakan penyelaman, karena sangat memungkinkan sekali kedalamannya untuk kita lakukan penyelaman,” kata Suryo.
Dia mengatakan saat ini tidak ada kendala sama sekali dalam proses pencarian korban dan bangkai pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu.
Baik arus bawah laut, cuaca, dan kedalaman 30-35 meter dari permukaan masih sangat memungkinkan untuk dilakukan evakuasi dengan penyelaman.
Suryo mengatakan Basarnas telah mengerahkan 40 personil Basarnas Special Group dan akan menambah personil lagi dari kantor SAR Semarang dan Lampung.
“Seluruh personel Basarnas 150 nanti kita tambah lagi dari kantor SAR Semarang maupun Lampung juga bergerak. Ditambah dari TNI AL baik dari Kopaska maupun Marinir untuk membantu,” kata dia.
Untuk saat ini pencarian diutamakan untuk mengetahui lokasi tepatnya bangkai pesawat di dalam air dengan menggunakan beberapa alat pendeteksi dan robot ROV yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Kapal hidro-oseanografi milik TNI yaitu KRI Rigel 933 dan kapal dari BPPT juga dikerahkan untuk mendeteksi bangkai pesawat di dasar laut. (berbagaisumber)