Muarasabak, AP – Pengrajin atap daun nipah di Kelurahan Rano, Kecamatan Muarasabak Barat membutuhkan sentuhan dari Pemerintah Daerah. Diantaranya keberadaan perahu untuk mengangkut dan mendapatkan bahan baku atap Nipah sangat diperlukan.
Meski saat ini digempur oleh produk pabrikan seperti atap asbes dan seng, namun pengrajin atap daun nipah di Kelurahan Rano masih mampu untuk bertahan. Pengrajin memiliki segmen tersendiri, baik untuk memenuhi kebutuhan atap kandang ternak maupun untuk bangunan rumah dan bangunan sementara pekerja proyek.
Dalam sehari, pengrajin atap daun nipah di Kelurahan Rano mampu menghasilkan 1000 lembar atap, bahkan bisa lebih. Satu atapnya di jual dengan harga berfariasi, bila dijual langsung dengan pembeli harganya bisa mencapai Rp 1.500, namun bila di pasarkan melalui tengkulak harganya hanya berkisar Rp 800.
Nursiah, salah satu pengrajin atap Nipah di Kelurahan Rano mengatakan, ia sudah menggeluti usaha pembuatan atap daun nipah sejak puluhan tahun lalu. “Selama ini kami kerap mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku pembuatan atap Nipah, lantaran keterbatasan perahu yang dimiliki,” katanya.
Nursiah mengungkapkan, dia mampu bertahan di tengah gempuran produk pabrikan lantaran permintaan konsumen yang tinggi. “Namun demikian saya tetap berharap ada keterlibatan pemerintah atau pihak swasta dalam mendorong usaha pembuatan atap daun nipah tersebut,” harapnya.
Selama ini menurutnya, potret kehidupan para pengrajin atap nipah terkesan kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah setempat. “Mudah-mudahan denagn adanya keluhan ini, pemerintah menanggapi,” tukasnya. (fni)