Kualatungkal, AP – Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menyebutkan bahwa ada satu Desa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) sebagai desa terbaik untuk mewakili Provinsi Jambi. Menurutnya, Desa terbaik ini merupakan hasil penilaian dalam pemgelolaan dana desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), cukup bagus.
Sehingga ekonomi masyarakat di Desa tersebut kini mulai maju dan berkembang secara cepat. Bahkan desa ini juga patut menjadi contoh, karena pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) saat ini juga menghasilkan lebih dari target.
Mengapa tidak, karena masyarakat desa yang bekerja di Bumdes berjumlah puluhan orang dan memiliki gaji rata rata setara upah minimum Kabupaten/Kota (UMK).
“Tanjab Barat saat ini menjadi percontohan khususnya di Jambi dengan ditetapkannya Dataran Kempas sebagai Desa terbaik yang mewakili provinsi Jambi,” ungkap Mulyadi, ditemui media ini, diruang kerjanya, kemarin.
Untuk itu, lanjut dia dengan adanya bantuan dari Pemerintah ini diaharapkan kedepan masyarakat desa di Tanjabbar ini bisa sejahtera. “Saya berharap dengan gelontoran dana untuk tahun depan ini lebih meningkat lagi, maka setiap desa yang ada sudah memiliki bumdes tersendiri dan desa akan semakin maju dan mandiri,” harapnya.
Dijelaskan dia, sebesar 17 milliar dikucurkan untuk seluruh desa di wilayah Tanjab Barat, dana tersebut dipergunakan untuk membangun sarana dan prasarana desa.
“Sesuai dengan misi dan visi pemerintah pusat, jadi bantuan dana desa itu untuk membangun daerah daerah terpencil di Indonesia, khususnya dipinggiran desa dan berkeinginan bahwa apabila pemerintah bisa membuat desa mandiri dan desa mandiri itu juga bisa menyongsong perekonomian kota maka, Indonesia kedepannya akan bisa berkembang dan menjadi Negara yang bisa bersaing di asia dengan mencukupi kebutuhan pemerintah dengan hasil panen yang ada,” bebernya.
Apalagi, saat ini harga pertanian di Tanjabbar turun, wajar saja jika masyarat merasa mengeluh melihat kondisi seperti ini. “Harapan kita agar desa yang memiliki Bumdes ini bisa mandiri dalam mengolah hasil pertanian dan perkebunan mereka tanpa harus bingung lagi kemana akan menjual dan tanpa harus menjual kepada tengkulak yang dianggap membeli hasil pertanian mereka dengan harga yang murah, hal ini bertimbang terbalik dengan merosotnya harga pertanian mereka,” tegasnya.(lj)