Jakarta, AP – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan strategi Making Indonesia 4.0 akan mengembalikan sektor manufaktur menjadi andalan pendongkrak perekonomian nasional.
“Selama ini, industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi terbesar bagi produk domestik bruto (PDB),” katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, (20/12).
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, hingga jelang akhir 2018, industri pengolahan masih sebagai penyumbang tertinggi terhadap PDB nasional yang mencapai 19,89 persen.
Perolehan ini ditopang oleh sejumlah industri yang memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi pada periode 2015-2018.
Sektor tersebut meliputi industri makanan dan minuman yang tumbuh hingga 8,71 persen, kemudian disusul industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan 4,02 persen, industri alat angkutan 3,67 persen, industri kimia 3,40 persen, serta industri tekstil dan pakaian 1,64 persen.
“Sektor-sektor itu terus memiliki kinerja yang positif. Apalagi saat ini mendapat prioritas pengembangan karena akan menjadi sektor pionir yang menerapkan industri 4.0 sesuai Making Indonesia 4.0,” tutur Airlangga.
Dengan potensi tersebut, Menperin meyakini Indonesia tidak akan punah pada 2030.
Apalagi, adanya bonus demografi atau dominasi jumlah penduduk berusia produktif yang akan dinikmati Indonesia sampai 15 tahun ke depan, diyakini juga membawa pertumbuhan ekonomi nasional bertambah hingga 1-2 persen.
Hal ini berdasarkan pengalaman sebelumnya oleh Jepang, China, Singapura, dan Thailand. “Saya seorang ‘believer’, karena percaya bahwa pondasi yang kita siapkan saat ini bisa menjadi dasar untuk percepatan pertumbuhan ekonomi kita di masa depan. Jadi, tidak akan punah, justru jauh lebih maju,” tegasnya. Menperin menyebutkan implementasi Making Indonesia 4.0 juga mengantarkan pada masa keemasan pada 2045 atau momentum 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia.
“Saat ini, ‘income’ per kapita kita 3.877 dolar AS dan ditargetkan pada tahun 2045 sebesar 23.199 dolar AS,” ungkapnya.
Guna menembus sasaran tersebut, diperlukan komponen pertumbuhan industri manufaktur sebesar 6,3 persen dengan kontribusi ke PDB mencapai 26 persen.
Jika target itu tercapai, pertumbuhan ekonomi nasional mampu berada di angka 5,7 persen. “Jadi, kita sudah punya sasaran jangka pendek, menengah melalui Making Indonesa 4.0 (tahun 2030), dan panjang (2045). Bersama Bappenas, kami menetapkan target pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4-6 persen pada periode 2020-2024,” imbuhnya.
Menperin mengemukakan era industri 4.0 atau ekonomi digital pun berpotensi membuka peluang terhadap peningkatan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar 150 miliar dollar AS pada 2025.
“Selain itu, menciptakan kebutuhan tenaga kerja yang melek teknologi digital 17 juta orang. Rinciannya, sebanyak 4,5 juta orang adalah talenta di industri manufaktur dan 12,5 juta orang terkait jasa sektor manufaktur. Hal ini dinilai menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk merebutnya,” ujarnya. ant