Kualatungkal, AP—Sebanyak 44 sumur hydrant yang dibangun beberapa tahun lalu tak sepenuhnya bisa dihandalkan saat terjadi kebakaran. Sumur hydrant hanya difungsikan saat mendinginkan bangunan pasca terbakar.
Kepala Kantor Penanggulangan Kebakaran Tanjabbar Iswardi mengatakan, saat kebakaran terjadi perlu reaksi cepat.
Tindakan awal adalah menggunakan air yang ada di tangki armada. Jika berada di lokasi padat penduduk terpaksa menggunakan air genangan, anak sungai dan lumpur dengan menggunakan mesin portabel.
“Kalau kita mengandalkan sumur hidrant perlu waktu lama. Harus disedot dulu, sementara kita dituntut cepat memadamkan api,” ujar Iswardi.
Meski sumur hydrant hanya digunakan untuk pendinginan, bukan berarti sumur hydrant yang ada tidak berfungsi. Iswardi pun menepis bahwa ada sumur hydrant yang tersumbat.
“Kita terus merawat sumur hydrant, dalam sebulan ada yang kita tes. Pakai mesin sedot baru bisa keluar airnya,” kata mantan Camat di Tebing Tinggi ini.
Yang menjadi kendala saat ini, ketika kebakaran terjadi di pemukiman padat penduduk, sehingga menyulitkan armada damkar masuk ke lokasi kebakaran. Untungnya, damkar memiliki mesin portabel yang bisa dibawa ke areal padat penduduk.
Kedepannya, Damkar Tanjabbar memiliki rencana untuk membangun kolam-kolam di tengah padat penduduk, gunanya sebagai persediaan air saat insiden kebakaran terjadi.
“Jangan sampai kita kehabisan air. Tapi ini masih rencana, karena kesulitan kita masyarakat belum siap menyediakan tempat bak penampungan air,” kata dia.
Untuk diketahui, dari 44 titik hydrant di Tanjabbar, 39 titik ada di dalam kota dan lima titik di Teluk Nilau. (bjg)