Sungaipenuh, AP – Polemik PSSI kota Sungaipenuh yang tidak mengirimkan Tim ke Gubernur Cup, Berbuntut Panjang. Bahkan, mantan Sekjen PSSI Ikut Angkat Bicara dan sebut Penunjukan Plt ketua PSSI kota Sungaipenuh, Gagal Statuta.
Melalui akun facebook pribadinya, mantan Sekjen PSSI, Hadiyandra, melayangkan surat terbuka kepada ketua KONI kota Sungaipenuh. Dia menilai langkah Ketua PSSI Provinsi Jambi menunjuk Plt Ketua PSSI Sungaipenuh dari Kabupaten Merangin, merupakan keputusan yang keliru.
Sebagai insan yang pernah berkecimpung di sepakbola, hingga ketingkat nasional, Hadiyandra sangat memahami substansi dan roh persepakbolaan. Bahkan, dirinya mengaku familier dengan Statuta PSSI dan ikut membidani lahirnya Statuta Asprov PSSI.
“Terkait hal yang viral di “kota kecil” kita ini tentang tidak dikirimnya tim sepakbola ke ajang turnamen sekelas Gubernur Cup Jambi, (yg bukan agenda resmi PSSI) beberapa hal ingin sy sampaikan,” tulis Hadiyandra di akun facebook miliknya, Selasa (08/01) malam.
Hadiyandra menyebutkan baru mengathui, kalau penggantian sekaligus penunjukan Plt Ketua PSSI Kota Sungaipenuh, saat perhelatan turnamen tinggal menghitung hari. Bahkan, tidak dikoordinasikan dengan pemerintah kota dan jajaran PSSI Sungaipenuh.
“Kalaupun saya diajak berkomunikasi, tentu saat itu saya tidak berkeberatan karena sebagai mantan Sekjen PSSI yang rasanya pantas didengar sumbangsarannya, terutama lagi saya sebagai putra daerah,” sebut Hadiyandra, dalam surat terbukanya.
Dia menilai penunjukan plt juga terkesan “gagal paham statuta”. Betapa tidak, Fikar Azami adalah Wakil Ketua Umum PSSI Provinsi Jambi, yang putra daerah Sungaipenuh tidak diajak bicara dalam forum Rapat Eksko PSSI, terlepas beliau sbg mantan ketua PSSI Sungaipenuh.
“Padahal, keputusan organisasi PSSI, pada level manapun, adalah kolektif kolegial. Ketua PSSI, sekali lagi, pada level apapun, hanya menjalankan keputusan organisasi yang teknisnya didelegasikan kepada sekretaris organisasi,” terang Hadiyandra.
Dia juga menjelaskan, psikologis organisasi, penunjukan plt saat urgen adalah ketua PSSI provinsi ‘gagal daya jangkau mindsetnya’. PSSI sejak lahir selalu memikirkan kepentingan organisasi yang berdampak pada masyarakat luas. Mana mungkin plt bisa berkoordinasi dalam waktu singkat, apalagi plt yg ditunjuk tidak mengenal samasekali kultur sepakbola dan masyarakat Sungaipenuh.
“Tentu pada skala ini, wajar saya berpikir ada hal yang terkonspirasi dalam penunjukan plt yang tidak melibatkan masyarakat sepakbola Kota Sungaipenuh,” sebutnya.
Lanjut dia, sepakbola adalah sepakbola, yang berkontribusi langsung dengan persatuan dan kesatuan bangsa, perekat NKRI. Manakala dikelola dengan tujuan pragmatis, maka kegagalan berorganisasi dalam sepakbola tak akan terbantahkan. Menjiwai sepakbola bagi pengurusnya adalah keniscayaan. Melangkah seirama dari dua ayunan kaki yang setara adalah filosofi berorganisasi. Ketika dua kaki itu tak beraturan, maka berbelok zigzag lah organisasi dibuatnya, tidak beraturan dan tak tentu arah yang mau dituju.
“Atas dasar inilah, sebagai insan bola, saya berharap saudara ketua KONI kota Sungaipenuh segera bersikap untuk membenahi cara berorganisasi, terutama cabor sepakbola. Saya berpikir, Saudara layak berkirim surat kepada PSSI Provinsi Jambi atas langkah blunder yang mereka lakukan terhadap sepakbola kita,” ungkapnya.
“Harapan ini bertujuan agar tidak berkembang liar di masyarakat bola yang berakibat perpecahan. Kita cinta negeri ini, maka kita lah yang harus memperjuangkannya, bukan orang-orang luar yang tidak memahami kultur sepakbola dan masyarakat kita,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua KONI Sungaipenuh, Toni Indrayadi, juga berpendapat sama. Dirinya juga menyayangkan plt Ketua PSSI Sungaipenuh yang ditunjuk bukan putra daerah Kota Sungaipenuh.
“Dari awal kita sudah menyayangkan, memang seharusnya yang menjadi plt Ketua PSSI Sungaipenuh berasal dari Sungaipenuh, agar mudah melakukan koordinasi”, singkat Toni. (hen)