Jakarta, AP – Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) mengajak umat Islam agar menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2019 dan tidak menjadi golongan putih (golput).
“Agar seluruh umat Islam tidak golput dan menggunakan hak pilihnya dengan memilih calon yang berpihak pada kepentingan Islam dan umat Islam yang otomatis berpihak pada kepentingan bangsa,” kata UBN yang merupakan sekretaris jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) di Jakarta, Selasa, (29/01).
Ia mengatakan jika umat Islam golput maka dapat merugikan diri sendiri. Umat Islam merupakan pemilih terbesar yang menentukan nasib umat dan bangsa dalam Pilpres, Pileg dan Pemilihan DPD di tahun ini.
UBN mendorong Muslimin memilih calon yang berpihak pada kepentingan umat dan bangsa serta jangan memilih calon yang berasal dari pihak yang anti-Islam. Calon yang tidak memperhatikan kepentingan umat Islam dan bangsa jangan dipilih.
“Agar umat Islam jangan mau lagi menjadi sekadar pemanis saat pemilu raya atau hanya menjadi pendorong mobil mogok setelah pemilu raya,” kata dia.
Terkait adanya perbedaan pilihan di antara umat Islam, UBN mengatakan itu wajar tetapi meski berbeda supaya tetap menjaga persaudaraan dan persatuan atas dasar sesama Muslim dan bangsa.
Dia mengajak orang Islam jangan menyerang sesama Muslim hanya karena berbeda pilihan politik. “Jangan pula menyerang ulama, lembaga keulamaan, ormas Islam dan lembaga Islam manapun,” kata dia.
“Dan senantiasalah menjunjung tinggi nilai Bhineka Tunggal Ika sebagaimana yang diajarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah ‘shallallahu alaihi wa salam’,” katanya.
UBN mengatakan Islam adalah agama universal bagi seluruh manusia yang memandang politik sebagai sarana ibadah agung dalam rangka menata kelola kehidupan publik berkeadilan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa.
Islam dan politik, kata dia, merupakan satu kesatuan yang integral serta tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu, umat Islam menolak Sekularisme dan Liberalisme yang hendak memisahkan Islam dengan politik kebangsaaan.
“Tiga kerangka dasar Islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak telah menjadi sendi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak awal berdirinya bahkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Pancasila dan UUD 1945,” kata dia.
Maka, kata dia, MIUMI akan menolak dan melawan setiap upaya yang akan menyingkirkan narasi dan nilai Islam dari pondasi NKRI dan UUD 1945 seperti Komunisme, Leninisme dan Marxisme sebagaimana tertuang dalam TAP MPRS No 25 Tahun 1966.
“Demikian pula sekularisme dan liberalisme karena telah menjadi gerbang masuknya berbagai sampah ideologi yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” katanya. ant